Penelitian lainnya, menunjukan bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam gaya hidup hedonisme subjek adalah aktivitas dan minat (Septiana, 2020). Terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi seseorang menjadi Sugar Baby, secara spesifik faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah kelompok referensi, motif, keluarga dan kelas sosial.
Sedangkan faktor internal antara lain seperti hasrat untuk memenuhi gaya hidup, perasaan nyaman dan hidup menjadi lebih mudah. Meskipun fenomena hedonisme khususnya di kalangan mahasiswi yang menjadi Sugar Baby semakin mencuat, studi literatur yang secara khusus memahami pengalaman mahasiswi dalam konteks ini masih terbatas. Banyak studi literatur yang cenderung lebih fokus pada deskripsi fenomena daripada memahami sudut pandang mahasiswi yang terlibat secara mendalam padahal sebenarnya hal ini sangat beririsan dengan Psikologi Komunikasi.
Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Amelia & Ayuningtyas (2024), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang menjadi motivasi utama mahasiswi memilih gaya hidup hedonisme. Dalam penelitian ini juga didapatkan bentuk gaya hidup hedonistik yang dilakukan oleh para informan, yaitu seperti menginginkan belanja barang branded, liburan keluar negeri dan makan atau hangout di tempat-tempat yang fancy.
Motivasi intrinsik, atau dari dalam diri, adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Ini mencakup kepuasan pribadi, kegembiraan, dan keinginan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu. Keinginan ini biasanya untuk mendapatkan pengalaman baru, kesenangan, atau mengeksplorasi gaya hidup.
Motivasi ekstrinsik, atau dari luar diri, disebabkan oleh dorongan dari luar diri individu, seperti ajakan, suruhan, atau bahkan paksaan dari orang lain, yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu (Shaleh & Wahab, 2004). Motivasi yang berasal dari sumber luar seperti penghargaan, hadiah, gaya hidup mewah, dan seringkali keinginan untuk mendapatkan pengakuan sosial.
Penulis: Associate Professor bidang Ilmu Komunikasi/Dosen Program Studi S2 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Fitria Ayuningtyas
Catatan: Opini tersebut di atas sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis, redaksi hanya melakukan editing seperlunya.