Mengingat bahwa terdapat 11.004 penerbangan yang dioperasikan di Bandara Internasional Muan selama periode ini, estimasi tingkat kejadiannya adalah 0,09%.
Meskipun jumlah tabrakan absolut sangat rendah, sehingga sulit digeneralisasikan menjadi statistik yang berarti, memang benar bahwa tingkat tabrakan di Bandara Muan secara signifikan lebih tinggi daripada bandara besar lainnya seperti Gimpo (0,018%) atau Jeju (0,013%).
Jumlah total insiden tabrakan burung di seluruh bandara terus meningkat: 108 pada tahun 2019, 76 pada tahun 2020, 109 pada tahun 2021, 131 pada tahun 2022, dan 152 pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang menyebabkan burung yang bermigrasi menjadi burung yang menetap, serta perubahan waktu kemunculan dan spesiesnya.
Bandara juga berupaya mencegah tabrakan burung. Mereka telah mengontrak layanan khusus untuk mengerahkan personel khusus dan mengelola habitat burung, memanfaatkan berbagai perangkat pencegah seperti senjata, alarm keras, dan pengusir sonik.
Namun, mencegah kecelakaan 100% adalah hal yang mustahil. Baru-baru ini, telah ada penelitian tentang penggunaan deteksi radar dan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk melacak jalur migrasi burung melalui data besar.
Angkatan Udara pun sudah mengoperasikan tim pencegah burung, yang dikenal sebagai 'BAT' (Tim Peringatan Burung), di unit kontrol penerbangan di setiap pangkalan di seluruh negeri.
Perkembangan ini telah mendorong banyak pihak untuk mempertimbangkan kembali peran yang mungkin dimainkan oleh sejarah bandara dengan tabrakan burung dalam kecelakaan tersebut.