3 Alasan Utama Kumpul Kebo, Mulai Marak di Indonesia!

Riki Chandra Suara.Com
Senin, 13 Januari 2025 | 15:16 WIB
3 Alasan Utama Kumpul Kebo, Mulai Marak di Indonesia!
Ilustrasi berhubungan intim. [stockfilmstudio]

3. Penerimaan Sosial

Penerimaan sosial terhadap praktik kumpul kebo di beberapa daerah turut memperkuat tren ini. Di Manado, nilai budaya lokal lebih menempatkan hubungan individu di atas formalitas pernikahan. Faktor ekonomi yang seragam juga membuat masyarakat lebih toleran terhadap kohabitasi.

Rata-rata pasangan di Manado menjalani kumpul kebo selama tiga hingga lima tahun, sebelum akhirnya menikah. Biasanya, keputusan menikah diambil setelah memiliki anak atau saat menghadapi kebutuhan administratif tertentu, seperti mendaftarkan anak ke sekolah.

Dampak Negatif Kumpul Kebo

Meski terlihat sebagai solusi praktis, kohabitasi membawa sejumlah dampak negatif, terutama bagi perempuan dan anak. Ketidakadaan payung hukum sering kali membuat perempuan rentan secara ekonomi dan sosial.

Anak-anak yang lahir dari hubungan ini juga menghadapi stigma sosial, yang dapat memengaruhi perkembangan emosional mereka.

Ketiadaan perlindungan hukum dalam kumpul kebo menciptakan tantangan besar, baik bagi pasangan maupun anak-anak yang terlibat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI