Salah satu solusinya ialah mengembalikan polisi wisata dan honorary police. Program ini sempat terhenti sejak pandemi.
"Mereka bisa berbahasa Inggris, berpenampilan berbeda, serta bertugas memonitor dan mengawasi wisatawan. Dengan begitu, pertikaian antar turis bisa dikurangi," jelas Wayan kepada ABC Indonesia.
Selain itu, honorary police—turis atau polisi asing yang membantu pengawasan—bisa memahami budaya serta perilaku wisatawan dari negara masing-masing.
Bagi warga lokal, konflik yang melibatkan turis asing semakin mengkhawatirkan.
"Kita jangan hanya melihat pariwisata dari sisi pajak dan ekonomi. Dampaknya juga harus dipikirkan secara menyeluruh," tegas Wayan.
Ia menegaskan, Bali tidak menolak turis asing. Namun, screening perilaku mereka penting agar tetap menghormati norma dan budaya setempat.