Para netizen pun ramai-ramai mengomentari situasi ini, mencurahkan kekecewaan mereka melalui kolom komentar.
Seorang netizen dengan akun @512**** menuliskan, "Niat healing malah heleung ieu mah," yang dalam bahasa Sunda berarti bukannya healing malah makin pusing.
Sementara itu, akun @teg**** berbagi saran alternatif untuk menghindari keramaian.
"Dah banyak yang ngomong kalo Lebaran dah diem-diem di rumah, goreng singkong, masak mie, nyeduh kopi/teh syahdu pool, jalan-jalan kalo orang-orang dah pada kerja lebih enak."
Bagi sebagian orang, menikmati libur Lebaran di rumah memang lebih nyaman dibandingkan harus berdesak-desakan di tempat wisata.
![Ribuan wisatawan memadati Pantai Sambolo 2 di Kampung Cibaru, Anyer, Kabupaten Serang. [Iyus/bantennews]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/04/02/66599-ribuan-wisatawan-memadati-pantai-sambolo-2-di-kampung-cibaru-anyer-kabupaten-serang-iyusbantenn.jpg)
Komentar lain datang dari akun @nur**** yang menyoroti dampak dari keramaian tersebut bagi individu dengan kecenderungan introvert atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
"Niat healing, asma kambuh. Jiwa introvert pasti meninggal," tulisnya, menggambarkan betapa tidak nyamannya berada di tengah keramaian ekstrem.
Akun @ely**** juga menambahkan kritik serupa dengan mengatakan, "Rasa plong refreshingnya di mana? Semrawut mah iya."
Komentar ini mencerminkan bahwa bagi banyak wisatawan, ekspektasi mendapatkan ketenangan justru berubah menjadi pengalaman melelahkan akibat kepadatan pengunjung.
Baca Juga: Viral Cara Wanita Hindari Pertanyaan 'Kapan Kawin' Saat Lebaran, yang Tanya Kena Mental
Liburan Nyaman, Kapan Waktu yang Tepat?