Jurnal Online Baradha Edisi 25 Volume 1 Tahun 2023 turut meneliti terkait keberadaan tradisi manten tebu. Salah satu masyarakat yang melakukan tradisi ini adalah masyarakat di sekitar Jawa Timur, termasuk Kediri, Tulungagung, hingga Blitar.
Jurnal yang ditulis oleh Novi Antikasari dan Octo Dendy Andriyanto tersebut memperoleh temuan bahwa tradisi manten tebu diambil dari kata 'manten' yang berarti pengantin dan tebu.
Secara harfiah, manten tebu dapat diartikan sebagai tradisi pengantin tebu. Sesuai dengan namanya, tradisi manten tebu diperuntukkan sebagai perayaan untuk menyambut panen tebu yang melimpah di daerah dekat pabrik tebu.
Perayaan tersebut dilambangkan dengan acara mengawinkan petani tebu dengan pihak pabrik gula yang mengandung harapan agar dua belah pihak bisa sama-sama bekerja sama tanpa kendala.
Selain acara pernikahan, acara manten tebu diikuti dengan berbagai acara meriah. Salah satu acara yang diselenggarakan yakni pasar malam dan juga berbagai acara kesenian.
Penelitian Novi Antikasari dan Octo Dendy Andriyanto tersebut juga menemukan di beberapa daerah, ada yang menyelenggarakan tradisi ini bukan dengan mengawinkan pihak petani tebu dengan pabrik gula, tetapi untuk mengawinkan tebu berkualitas dari kebun.
Tebu yang dikawinkan juga dibuat seperti sepasang pengantin, yakni tebu pengantin perempuan dan tebu pengantin laki-laki. Tebu laki-laki diberikan nama Raden Bagus Rosan dan tebu perempuan diberi nama Dyah Ayu Roromanis.
Pemberian nama kedua tebu pengantin tersebut juga tak sembarangan. Ada makna dan doa agar tebu yang dipanen bisa melimpah dan hasilnya berkualitas tinggi.
Satu hal yang diperhatikan dalam pemilihan pengantin manusia, yakni kedua pengantin yang dipilih harus masih berstatus perjaka dan perawan.
Baca Juga: Nonton Film Pabrik Gula Pakai DANA Kaget Gratis, Gimana Caranya?
Pengantin yang dipilih nantinya akan diarak dari kebun tebu ke pabrik gula bersama-sama dengan pengantin tebu.