Michael Wongso, seorang grader kopi bersertifikat yang memandu sesi cupping, menjelaskan perbedaan mendasar antara Arabika dan Robusta.
“Secara umum, Arabika 20 sampai 30 persen lebih mahal. Tapi itu sepadan karena dari sisi rasa, kompleksitasnya jauh lebih kaya. Kalau Robusta cenderung pahit dan kuat, Arabika bisa punya notes fruity, floral, sampai karamel.”

Dengan metode cupping perbandingan 1:15 (1 gram kopi untuk 15 gram air), para peserta diajak mengenali aroma basah dan kering, rasa di mulut, tingkat keasaman, hingga aftertaste.
Variasi rasa yang muncul sangat menarik—ada yang mencatat aroma seperti cokelat, ada pula yang merasakan hint buah merah.
“Cupping ini cara kami memperkenalkan bahwa kopi yang kami sajikan bukan sembarangan. Semua menu menggunakan Arabika Gayo,” jelas Firly.
Salah satu yang paling populer, tambahnya, adalah Kopi Susu ABEGE (Arabika Gayo) — nama yang catchy sekaligus mencerminkan identitas kopi yang digunakan.
Selain kopi klasik seperti Cappuccino, Coffee Latte, atau Dolce Latte, mereka juga juga menawarkan menu unik seperti Brown Butter Latte dan Clove Arabica Gayo.
“Menu itu hanya ada di Lawson, karena kami memang ingin memberikan sesuatu yang beda,” lanjut Feril.
Namun tidak semua menu di sana berbasis kopi. Buat mereka yang ingin pilihan non-coffee, tersedia juga Matcha Berry, Matchapresso, hingga Ichigo Latte.
Baca Juga: Minum Kopi Dapat Memperburuk Nyeri Haid, Mitos atau Fakta?
Konsistensi kualitas ini membuat convenience store itu dinobatkan sebagai Top Brand for Teens 2025 untuk kategori tempat nongkrong, berdasarkan survei Frontier Research dan Majalah Marketing. Dengan Top Brand Index 25,40 persen, mereka berhasil menempatkan diri bukan hanya sebagai tempat belanja praktis, tapi juga sebagai destinasi ngopi favorit anak muda.