Revolusi Makan Siang Sekolah: Saat Dapur Hotel Kasih Jawab Masalah Gizi Anak

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 17 April 2025 | 12:43 WIB
Revolusi Makan Siang Sekolah: Saat Dapur Hotel Kasih Jawab Masalah Gizi Anak
Revolusi Makan Siang Sekolah. (Archipelago Indonesia)

Suara.com - Di Indonesia, lebih dari 150.000 sekolah dasar menjadi rumah belajar bagi jutaan anak setiap hari. Namun, di balik hiruk pikuk pelajaran dan barisan seragam merah putih, ada masalah yang belum tuntas: gizi anak.

Memberikan makan siang sehat dan bergizi untuk semua siswa setiap hari bukan pekerjaan mudah. Biaya mahal, infrastruktur terbatas, dan tenaga yang minim menjadi penghalang utama.

Tapi solusi bisa jadi sudah ada. Dan datang dari tempat yang tak terduga: dapur hotel.

Bayangkan jika dapur-dapur hotel dan restoran yang biasanya lengang di pagi dan siang hari dimanfaatkan untuk memasak makanan sehat bagi siswa sekolah dasar.

Revolusi Makan Siang Sekolah. (Archipelago Indonesia)
Revolusi Makan Siang Sekolah. (Archipelago Indonesia)

Indonesia punya lebih dari 25.000 hotel dan 125.000 restoran. Sebuah jaringan dapur profesional yang tersebar dari kota besar hingga pelosok.

Inilah gagasan di balik Revolusi Makan Siang Sekolah, program inisiatif dari Archipelago International. Gagasannya sederhana tapi berdampak luas: satu sekolah, satu mitra kuliner.

Bukan hanya soal menyumbang makanan, tapi membangun sistem berkelanjutan di mana restoran atau hotel “mengadopsi” sekolah, dan menjadi penyedia makanan sehat setiap hari.

"Kami percaya, dapur hotel bisa jadi lebih dari sekadar tempat memasak untuk tamu. Ia bisa menjadi ruang di mana masa depan anak-anak Indonesia dimasak dengan cinta, nutrisi, dan harapan," kata John Flood, CEO dan Presiden Archipelago International.

Di Serang, Banten, langkah awal ini sudah dimulai. UPT SD Negeri Kosambi di Desa Karang Suraga menjadi sekolah percontohan pertama.

Baca Juga: Sejumlah Pemimpin Dunia Bersurat ke Prabowo, Sampaikan Ingin Belajar MBG dari Indonesia

Sekitar 200 murid dari kelas 1 sampai 6 kini mendapat makan siang bergizi dari dapur hotel. Bukan hanya kenyang, mereka juga belajar tentang gaya hidup sehat dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Chef-chef profesional menyiapkan menu sehat tanpa gorengan, tanpa proses berlebih, dan tanpa plastik sekali pakai. Anak-anak membawa alat makan dan tumbler sendiri.

Mereka belajar mencuci alat makan, memahami asal bahan makanan, hingga ikut melihat langsung proses memasak di dapur hotel. Di ruang kelas dan kantin, makanan menjadi medium edukasi—bukan hanya pengisi perut.

"Kami ingin menjadi bagian dari solusi jangka panjang, bukan bantuan sesaat. Dengan menggandeng sekolah, kami membangun hubungan yang berkelanjutan," ujar Flood.

"Ini bukan tentang memberi makan satu kali, tapi membentuk kebiasaan dan sistem yang berdampak jangka panjang."

Program ini jauh melampaui sekadar makan gratis. Ia menjawab tantangan gizi, mengurangi sampah plastik, memperkuat pendidikan karakter, sekaligus membuka ruang kolaborasi lintas sektor. Sekolah tak perlu membangun dapur sendiri. Hotel dan restoran bisa memaksimalkan sumber dayanya di luar jam sibuk, sembari menunjukkan tanggung jawab sosial yang konkret.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI