Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional: Warisan Ki Hajar Dewantara

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 01 Mei 2025 | 23:35 WIB
Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional: Warisan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (X/yosefikr)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Menarik jika dibahas mengenai sejarah Hari Pendidikan Nasional yang telah ada sejak lama di negeri ini, mengingat belakangan isu pendidikan sebagai rencana jangka panjang bangsa Indonesia terus didiskusikan.

Hardiknas, biasa disebut demikian, dilakukan untuk mengenang pahlawan nasional di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara. Beliau disebut sebagai Bapak Pendidikan di Indonesia karena jasanya untuk berjuang di sektor pendidikan ketika Indonesia masih dalam masa kelam.

Peringatan ini sekaligus menjadi momentum untuk mengingat kembali filosofi nilai perjuangan yang dipegang oleh Ki Hajar Dewantara dalam menegakkan pondasi pendidikan di negeri ini, sehingga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme pada insan pendidikan nasional.

Sekilas Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Jika melihat sejarahnya, peringatan ini ditetapkan secara resmi dengan munculnya Keputusan presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Jang Bukan Hari Libur. Pada regulasi tersebut Hari Pendidikan Nasional ditetapkan bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional di tanggal 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 November, dan Hari Ibu pada 22 Desember.

Presiden Soekarno menjelaskan meskipun Hari Pendidikan Nasional dan beberapa peringatan lain bukan hari libur, namun tetap harus diperingati sebagai hari yang bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia dengan upacara di kantor, sekolah, dan tempat lainnya.

Latar belakang mengapa tanggal 2 Mei dipilih sebagai Hari Pendidikan Nasional adalah karena tanggal ini menjadi hari lahirnya Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Perintis Pendidikan Indonesia. Pemilihan ini diwujudkan sebagai bentuk penghormatan atas jasanya yang luar biasa pada pendidikan nasional dan kemajuan bangsa di kala itu.

Lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 lalu dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau adalah anak dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Sri Paku Alam III. Dilihat dari garis keturunannya, beliau adalah keluarga bangsawan Pakualaman.

Sebagai keturunan bangsawan, dirinya mengenyam pendidikan di ELS di masa kecil. Kemudian pendidikannya dilanjutkan di Sekolah Dokter Jawa, namun harus terhenti karena kondisi kesehatan yang tidak lagi pendukung. Belakangan Ki Hajar Dewantara menggeluti dunia jurnalistik untuk menggunakan waktunya.

Baca Juga: 30 Twibbon Hardiknas 2025, Klik Linknya dan Download Secara Gratis di Sini!

Namanya mulai dikenal lewat tulisan yang menyita perhatian yang terbit di majalah Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, serta Poesara. Tulisannya berisi kritik sosial politik kaum BUmiputra pada penjajah secara halus, tapi terasa tegas, komunikatif, dan gemanya cukup luas. Relik dari buah pikiran dan tulisannya diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional, dengan judul Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI