Suara.com - Seseorang yang menderita borderline personality disorder (BPD), atau gangguan kepribadian ambang, sering mengalami tantangan dalam percintaan. Tak jarang hubungan cinta mereka mengalami guncangan kuat seperti perasaan cemburu, tidak aman, dan takut ditinggalkan.
Penderita BPD juga sering mengalami kesulitan untuk membentuk hubungan yang aman dan penuh kasih. Meski demikian, nyatanya sekarang sudah banyak orang yang berjuang untuk belajar mencintai seseorang yang mengidap BPD.
Menyadur National Institute of Mental Health, BPD adalah penyakit mental yang ditandai dengan pola suasana hati, citra diri, dan perilaku yang terus-menerus berubah. Gejala-gejala ini sering kali mengakibatkan tindakan impulsif dan masalah dalam hubungan.
Orang dengan gangguan kepribadian ambang tidak memiliki rasa keteguhan terhadap objek. Ketika pasangannya tidak ada, mereka merasa bahwa pasangannya tidak ada lagi. Hal ini menyebabkan orang dengan BPD mudah menuduh pasangannya melakukan hal-hal negatif seperti selingkuh, menginginkan orang lain, atau tidak mencintainya.
Sering kali orang dengan BPD merasakan keterikatan yang tidak aman atau tidak teratur, sehingga mereka selalu menganggap bahwa orang lain tidak akan ada untuk mereka. Oleh karena itu, mereka mengalami rasa takut ditinggalkan, yang pada akhirnya menyebabkan hubungan tersebut terasa tidak aman.
Jadi, bagaimana cara kamu mencintai seseorang dengan gangguan BPD? Mencintai seseorang dengan BPD mengharuskan pasangan untuk memperhatikan dan memahami perasaan mereka, tanpa terlibat dalam tanggung jawab atas perasaan mereka.
1. Jangan memberi label atau menghakimi mereka
Saat mencintai seseorang dengan BPD, penting untuk melihat perilaku mereka sebagai reaksi terhadap perasaan ditinggalkan. Jangan bereaksi, atau bahkan menghakimi mereka. Pasalnya, hal tersebut berpotensi memperburuk reaksi mereka.
2. Jangan menanggapi reaksi mereka secara pribadi
Baca Juga: ASBANDA Catatkan Nasabah Tabungan Simpeda Naik 3,05 Persen
Pasangan dari orang yang memiliki gangguan BPD harus menunjukkan bahwa diri selalu ada di samping mereka. Jadi, dengarkan apa yang mereka rasakan, tanpa harus merasa bertanggung jawab atas perasaan mereka.