Suara.com - Di era di mana inovasi digital berkembang pesat, kemampuan bahasa Inggris bukan cuma nilai tambah —tapi sudah jadi kebutuhan dasar. Apalagi kalau Anda bercita-cita kerja di bidang teknologi, startup, atau ingin membuat inovasi sendiri.
Hal ini ditegaskan oleh Pushkar Saran, Executive Director ETS untuk Institutional Programs di Asia Tenggara, dalam wawancara dengan Suara.com beberapa Waktu lalu.
Ia menekankan bahwa penguasaan bahasa Inggris dan teknologi adalah kombinasi penting untuk menghadapi dunia kerja masa kini—terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
“Menguasai bahasa Inggris membuka akses terhadap pemahaman dan pemanfaatan teknologi baru seperti AI. Sebagian besar riset, bahasa pemrograman, dokumentasi teknis, dan materi pelatihan tersedia pertama kali dalam bahasa Inggris,” kata Pushkar Saran.
Pushkar menambahkan bahwa menurut ETS Human Progress Report 2025, sebanyak 97% masyarakat Indonesia menyadari pentingnya pembelajaran untuk sukses.
Artinya, generasi muda Indonesia sebenarnya punya semangat belajar tinggi. Tantangannya sekarang adalah memberi akses ke sumber yang benar dan relevan — dan di sinilah peran bahasa Inggris jadi krusial.
Kesenjangan Bahasa Masih Jadi Masalah
Sayangnya, masih banyak talenta Indonesia yang terhambat karena kesenjangan bahasa. Banyak materi teknologi canggih — termasuk AI, API, hingga forum diskusi global — yang hanya tersedia dalam bahasa Inggris.
“Ya, kesenjangan bahasa masih menjadi hambatan yang memperlambat peningkatan keterampilan dan inovasi. Tanpa kemampuan bahasa Inggris yang memadai, para profesional hanya bisa mengakses informasi versi kedua atau menunggu terjemahan,” katanya lagi.
Baca Juga: Garmin Resmikan Garmin Golf Club di Indonesia Rangkul Pemula hingga Menengah
Pushkar mengusulkan pendekatan ganda untuk menjembatani kesenjangan ini: penguatan pendidikan bahasa Inggris, serta menghadirkan alat pelatihan yang relevan dengan dunia kerja, seperti TOEIC Link, sebuah alat uji kemampuan yang dirancang agar bisa diakses oleh siapa saja, termasuk dari latar belakang non-akademik.
Kolaborasi Global Butuh Skill Global
Untuk siapa pun yang ingin ikut dalam proyek AI internasional, atau berkontribusi dalam startup teknologi lintas negara, maka bahasa Inggris wajib masuk dalam skill utama.
“Kemampuan berbahasa Inggris memungkinkan pekerja Indonesia untuk berkontribusi secara aktif dalam tim internasional, berdiskusi dengan percaya diri, menyampaikan ide, dan memimpin proyek lintas negara,” kata Pushkar Saran.
Fakta menariknya, sebanyak 94% tenaga kerja Indonesia menganggap upskilling dan reskilling sebagai kunci karier.
Artinya, kita siap berkembang — tapi harus dengan bekal yang tepat. Salah satunya, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Tantangan: Akses dan Validasi Skill
Meski demikian, semangat belajar saja tidak cukup. Banyak program pelatihan diasumsikan hanya cocok untuk mereka yang sudah mahir bahasa Inggris dan paham digital. Padahal realitanya, tidak semua punya akses atau kepercayaan diri untuk ikut.
“Banyak program pelatihan mengasumsikan bahwa peserta sudah memiliki kemampuan dasar dalam bahasa Inggris dan literasi digital, padahal kenyataannya belum semua memiliki keterampilan tersebut,” lanjut Pushkar Saran.
Masalah lainnya, sebanyak 82% pekerja Indonesia ingin tahu bagaimana kemampuan mereka dibanding standar industri, tapi 55% belum tahu posisi mereka saat ini. Di sinilah TOEIC Link hadir sebagai solusi.
TOEIC Link bukanlah tes Bahasa biasa. Berbeda dengan tes akademik biasa, TOEIC Link fokus pada kemampuan bahasa Inggris yang setiap orang butuhkan langsung di dunia kerja, seperti menulis email, ikut rapat, baca dokumen kerja, dan lain-lain.
“Berbeda dengan tes bahasa Inggris yang bersifat akademik, TOEIC Link menekankan kemampuan komunikasi praktis yang digunakan di lingkungan profesional. Formatnya modular, lebih cepat diselesaikan, dan dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan industri,” katanya.
Plus, TOEIC Link memberi sertifikasi resmi. Cocok buat Anda yang ingin menunjukkan skill ini ke HRD, daftar kerja remote, atau apply beasiswa.
Apalagi sekarang, 91% masyarakat Indonesia percaya bahwa micro-credential (sertifikasi kecil tapi relevan) akan jadi alat penting untuk menunjukkan kemampuan.
Di dunia kerja yang berubah cepat, bahasa Inggris dan teknologi bukan cuma tools, tapi sudah jadi bagian dari identitas profesional kita. Anda akan menjadi developer, content creator, analis data, atau pemimpin proyek global — kita semua butuh keduanya.
“Dengan kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik, lebih banyak pekerja, inovator, dan wirausahawan dapat berperan aktif, bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai pencipta solusi berbasis teknologi,” pungkas Pushkar Saran.
Jadi, kalau kamu Gen Z atau profesional muda yang ingin naik level—mulailah dari sekarang. Belajar bahasa Inggris, eksplor teknologi, dan lengkapi dirimu dengan sertifikasi seperti TOEIC Link. Karena di masa depan, yang unggul bukan hanya yang pintar, tapi yang siap dan relevan.