Pembayarannya bukan dengan uang, melainkan kreweng (pecahan tanah liat) sebagai simbol kehidupan berasal dari tanah.
5. Midodareni
Pada malam sebelum pernikahan, pengantin perempuan menjalani midodareni, yaitu berdiam diri di kamar bersama ibu dan kerabat wanita. Ia menjalani perawatan seperti luluran dan maskeran agar tampil cantik seperti "bidadari".
Sang ayah akan mengajukan tantingan, yakni menguji kesiapan dan keteguhan hati anaknya sebelum menikah. Kemudian, calon pengantin pria datang memberikan seserahan yang umumnya berisi perhiasan, pakaian, makanan, dan lain sebagainya.
6. Penyerahan Sanggan
Dilakukan oleh orang tua mempelai pria kepada keluarga perempuan. Sanggan berisi pisang raja matang, sirih ayu, dan kembang telon (mawar, melati, kenanga) sebagai tanda penghormatan dan niat tulus untuk melamar.
7. Akad Nikah
Prosesi pernikahan dilakukan sesuai agama masing-masing. Untuk Muslim, dilakukan ijab kabul di hadapan penghulu dan disahkan oleh KUA. Bagi pasangan non-Muslim, pelaksanaan adat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agama yang dianut.
8. Panggih (Temu Pengantin)
Puncak adat Jawa adalah panggih, di mana kedua mempelai dipertemukan secara simbolis setelah sah menikah.
Dimulai dengan Tari Edan-edanan (tarian simbolik pengusir bala) dan Balangan Gantal (saling lempar daun sirih berisi kapur, gambir, tembakau dan pinang sebagai lambang cinta kasih).
9. Ngidak Endhog dan Sinduran
Mempelai pria menginjak telur, lalu sang istri membasuh kakinya sebagai simbol kesetiaan dan pengabdian.
Setelah itu, kedua mempelai dibalut kain sindur dan dituntun ke pelaminan oleh ayahnya, sebagai simbol tanggung jawab orang tua dalam mengantarkan anak ke jenjang kehidupan yang baru.
10. Bobot Timbang