Suara.com - Di berbagai negara, termasuk Indonesia, pernikahan sedarah dilarang. Agama dan moral menentang keras pernikahan ini. Itu karena ada alasan ilmiah yang mendasarinya. Benarkah pernikahan sedarah menghasilkan anak cacat? Study ilmiah dalam artikel ini akan menjawab pertanyaan Anda.
Di berbagai tradisi kuno, hubungan sedarah juga dianggap tabu. Ada beragam penelitian, catatan sejarah, hingga sastra membicarakan hubungan sedarah. Salah satu hal yang dibicarakan dalam catatan tersebut adalah kelahiran anak cacat.
Hubungan sedarah atau inces, yakni hubungan yang terjalin di antara dua insan dengan ikatan darah dekat, seperti hubungan antara ayah dengan anak, ibu dengan anak, saudara kandung atau kakak beradik, hingga mereka punya anak. Anak yang lahir dari pasangan tersebut beresiko mengalami cacat sejak lahir.
Tidak sulit menemukan kisah hubungan sedarah di internet. Seperti yang terjadi baru-baru ini. Sebuah berita menggegerkan publik menyebut grub Facebook “Fantasi Sedarah”. Grub tersebut membuat geram warga karena membahas dan berbagi konten asusila bersama anggota keluarga sendiri—bukan istri atau pasangan sah.
Penjelasan Ilmiah tentang Risiko Pernikahan Sedarah
Berdasarkan penjelasan ilmiah dari jurnal genetics.edu.au, semua orang memiliki perubahan DANA tertentu atau variasi DNA tertentu yang diwariskan dari nenek moyang. Variasi DNA ini dapat mempengaruhi kesehatan kita, pembentukan organ dalam dan lain sebagainya.
Maka, apabila terjalin hubungan dari orang-orang yang saling terkait atau sedarah, bukan tidak mungkin bahwa mereka akan mewariskan gen yang sama. Orang yang berhubungan darah berbagi lebih banyak kode genetik yang sama karena berasal dari nenek moyang yang sama. Maka, jika kedua orang tua yang punya hubungan darah dekat, seperti saudara kandung punya anak, maka anak-anak mereka berpeluang lebih tinggi memiliki risiko kondisi genetik tertentu.
Praktik pernikahan sedarah masih terjadi sampai hari ini kemungkinan karena pengaruh adat. Namun, WHO dan lembaga kesehatan dunia lainnya sudah mencanangkan kampanya untuk menghentikan pernikahan sedarah. Setiap lembaga kesehatan dunia termasuk Indonesia mengkhawatirkan kondisi bawaan anak yang labih dari hubungan sedarah seperti cacat fisik berupa kelainan bentuk wajah atau anggota tubuh.
Selain cacat fisik, anak hasil hubungan sedarah bisa mengalami kelainan mental atau intelektual dan bisa mengalami penyakit metabolik langka. Itu semua akan mengganggu keberlangsungan hidup anak tersebut. Selain itu, orang tua juga bisa mengalami keguguran atau gangguan reproduksi. Ini dapat menyebabkan masa depan anak dan orang tua terancam mengalami trauma berkepanjangan.
Menurut studi dari World Health Organization (WHO) dan jurnal genetika medis, penelitian mengenai pernikahan sedarah meningkatkan risiko cacat bawaan pada populasi umum sebesar 2–3 persen. Risiko pada anak hasil pernikahan sedarah dekat, seperti sepupu pertama atau saudara kandung, sebesar 4–10 kali lipat lebih tinggi.
Baca Juga: 7 Fakta Mengejutkan tentang Manfaat Lavender dan Chamomile untuk Mengobati Stres
Dalam kasus pernikahan yang sangat dekat, seperti antara saudara kandung, risiko kelainan genetik bisa melonjak hingga 25 persen. Artinya, satu dari empat anak yang lahir bisa mengalami gangguan serius.
National Society of Genetic Counselors (NSGC) juga memperingatkan bahwa pasangan yang memiliki hubungan darah dekat memiliki risiko tinggi menurunkan penyakit resesif, terutama jika keduanya merupakan pembawa gen pembawa penyakit yang sama.
Dikutip dari nu.or.id, seorang dokter umum dari Klinik Healtcare Kalisari, Jawa Timur yang juga seorang alumni dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negei (UIN) Syarif Hidayatullah menerangkan bahwa pernikahan sedarah dapat meningkatkan kelainan biologis karena gen resesif yang menurun.
Gen resesif tersembunyi di dalam tubuh manusia dan tidak akan aktif jika tidak dipicu oleh gen genetik yang sama. Maka, gen itu dapat aktif dan menjadi mayoritas gen aktif di tubuh anak yang lahir dari hasil pertemuan sedarah atau pertemuan genetik. Karenanya, terjadilah kelainan-kelainan genetik pada anak seperti kelainan saraf, kelainan fisik, mental, intelektual, dan lain sebagainya. Hal ini juga bisa jadi penyebab depresi perkawinan atau penurunan mutu genetik. Menyebabkan bayi yang baru lahir rentan mengalami kematian dini atau rentan terhadap infeksi tertentu.
Demikian itu informasi yang dapat membenarkan bahwa pernikahan sedarah dapat menghasilkan anak cacat. Semoga dapat dipahami.
Kontributor : Mutaya Saroh