Suara.com - Sebuah kisah yang membuat publik geger datang dari Sidoarjo, Jawa Timur. Dua bersaudara mendapat sorotan tajam dari warganet setelah diketahui menitipkan ibu kandung mereka yang telah berusia 74 tahun ke sebuah panti jompo khusus lansia terlantar di Malang, yakni Griya Jompo Husnul Khatimah.
Kisah ini mencuat setelah video momen penyerahan ibu mereka, Nasikah, diunggah oleh Ketua Yayasan panti tersebut, Arief Camra, melalui akun TikTok miliknya. Dalam video tersebut, tampak sang ibu duduk diam ditemani kedua anaknya, berhadapan langsung dengan Arief yang menjelaskan konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil.
“Griya lansia itu tidak diperuntukkan bagi orang tua yang masih punya keluarga, apalagi anak dua. Tapi karena tidak ada titik temu soal siapa yang mau merawat, maka ibu bisa diserahkan secara total. Total artinya, anak-anaknya tidak akan lagi bertemu sang ibu, bahkan jika beliau meninggal dunia pun tidak akan dikabari,” tegas Arief dalam video tersebut.
Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa Griya Lansia memiliki ketentuan tegas: hanya menerima lansia yang benar-benar terlantar, tanpa keluarga atau orang yang bersedia merawat.
Ini bukan semata-mata keputusan institusional, tetapi juga bentuk tanggung jawab kepada para donatur yang sejak awal mendukung operasional panti untuk lansia yang benar-benar tak memiliki siapa-siapa.
Yang mengejutkan, kedua anak Nasikah menyatakan persetujuan mereka dengan ketentuan tersebut, termasuk menyepakati syarat tidak akan diberi kabar jika sang ibu meninggal.
Respons tersebut memicu kemarahan publik. Banyak yang mempertanyakan bagaimana mungkin seorang anak bisa sepenuhnya melepas tanggung jawab terhadap orang tua yang telah membesarkannya.
Nasikah sendiri dalam wawancara terpisah mengaku bahwa ia telah membesarkan ketiga anaknya seorang diri sejak suaminya meninggal dunia.
Anak ketiga telah lebih dulu wafat, menyisakan dua anak yang kini justru menitipkannya ke panti. Ia mengaku tidak menyangka anak-anaknya tega melakukan hal tersebut.
Baca Juga: Bikin Malu! Personel Polantas di Medan Terekam Pungli Pengendara Motor Rp 100 Ribu
Unggahan video itu pun viral dan memicu gelombang empati serta kemarahan dari warganet. Komentar demi komentar berdatangan, salah satunya dari pengguna bernama @Pra**** yang mengatakan, “Saya sudah lihat videonya tanpa skip. Griya Lansia itu bukan tempat titipan, tapi tempat bagi lansia terlantar. Makanya disampaikan kalau penyerahan harus total, dan anehnya anak-anaknya setuju begitu saja.”
Netizen lain seperti @Tr*** menyoroti sikap Ketua Yayasan yang menyampaikan kata “tega” dalam bahasa Jawa, “tegel”. Saat itu sambil tersenyum kecil, kedua anak si lansia menjawabnya, "tega" sebab kondisi yang harus mereka hadapi.
"Ingatlah bahwa SURGA ADA DITELAPAK KAKI IBU,ridho ALLAH karena ridho orang tua,murka ALLAH karena murka orang tua,jangan sampe ALLAH SWT murka,sebelum terlambat," ungkap @hai****.
"Ketawa pula pas blg tegaaa, binatang aja ga tega ini manusia pnya akal bs bs nya," ucap @mrs****.
Viralnya kisah ini pun akhirnya membawa perubahan. Kedua anak Nasikah diketahui menjemput kembali sang ibu dari Griya Lansia.
Dalam pernyataannya, sang anak mengaku bahwa selama ini ia bekerja dan tinggal di rumah berukuran kecil 4x4 meter. Karena kesibukan dan keterbatasan fasilitas, sang ibu yang menderita stroke kerap harus bergerak dengan ngesot saat anaknya tak berada di rumah.
Meski upaya penjemputan kembali patut diapresiasi, namun polemik ini telah membuka diskusi yang lebih luas tentang tanggung jawab anak terhadap orang tua, terutama di masa tua.
Di satu sisi, kondisi ekonomi dan tekanan hidup kerap dijadikan alasan; di sisi lain, moral dan nilai-nilai kemanusiaan menuntut agar anak tetap berusaha merawat orang tuanya dengan sebaik-baiknya, bagaimanapun keadaannya.