Suara.com - Bertani dan beternak dulu mungkin identik dengan pekerjaan berat dan tradisional. Tapi sekarang, keduanya sedang mengalami transformasi.
Di sejumlah desa, masyarakat mulai mengelola sumber daya alam dengan cara yang lebih cerdas dan modern—bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi juga untuk hidup lebih mandiri dan berkelanjutan.
Warga tak lagi hanya menanam dan beternak seadanya. Mereka mulai menyusun sistem yang saling terhubung—menanam pakan sendiri, membangun kandang dengan infrastruktur yang terencana, bahkan menggunakan energi terbarukan seperti solar cell untuk mendukung kegiatan harian.
Semua ini bukan hanya soal produktivitas, tapi tentang menciptakan ekosistem yang sehat, efisien, dan minim limbah.
Langkah seperti pelatihan pembuatan pakan fermentasi misalnya, kini mulai diterapkan. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar: membuat pakan lebih hemat biaya, bergizi, dan ramah lingkungan.
Sapi pun tumbuh sehat, dan para peternak tak lagi bergantung pada pakan pabrikan yang mahal. Ini contoh kecil dari bagaimana hidup selaras dengan alam bisa menjadi gaya hidup yang realistis dan menguntungkan.
Inisiatif semacam ini merupakan bagian dari program Sentra Peternakan, Pertanian, dan Perikanan Terintegrasi (SEPPPTI) yang dijalankan oleh PT Ganda Alam Makmur sejak awal 2024 di Desa Bumi Etam, Kutai Timur.
Program ini dirancang untuk mendukung kemandirian pangan lokal dengan pendekatan zero waste, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dan peternak.
“Penerapan prinsip zero waste daam praktiknya menunjukkan bahwa SEPPPTI mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan sebagai bagian dari sistem produksi dan menjadikannya selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Selain itu, program ini juga difokuskan untuk penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat berbasis kelompok agar lebih mandiri dan berdaya saing,” ujar Herlando di Kutai Timur, Kamis (10/7/2025).
Baca Juga: SMGR Dongkrak Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya 6 Kali Lipat
Program ini telah mencatat banyak capaian—mulai dari legalisasi kelompok tani dan peternak, pengadaan sapi umbaran sebagai modal awal, hingga pembangunan kandang dan pengolahan lahan pertanian terpadu.
Instalasi solar cell pun mulai digunakan sebagai sumber energi bersih, mendukung aktivitas kelompok tanpa membebani lingkungan.
Tidak hanya fokus pada hasil produksi, program ini juga memperkuat aspek manajerial dan kolaborasi antarwarga.
Kelompok-kelompok petani dan peternak dibimbing agar bisa berdiri secara hukum, mengakses program pemerintah, hingga menjalin kemitraan lintas sektor secara mandiri.
Dengan begitu, mereka tak lagi bergantung pada bantuan, tapi mampu menciptakan peluang sendiri.
“Program ini menjadi representasi komitmen perusahaan terhadap pembangunan sosial yang lebih adil dan berkelanjutan, sekaligus membuka jalan bagi model CSR yang dapat direplikasi di wilayah operasional lainnya,” tutur Herlando.
Apa yang sedang tumbuh di desa ini lebih dari sekadar tanaman pangan atau hewan ternak. Ini adalah semangat baru: bahwa hidup sejahtera bisa dimulai dari lahan sendiri, dengan cara yang lebih bijak terhadap alam.