Dari Facebook hingga Pinjol: Jejak Digital Anda Adalah Komoditas, Begini Cara Melindunginya

Bella Suara.Com
Kamis, 24 Juli 2025 | 22:50 WIB
Dari Facebook hingga Pinjol: Jejak Digital Anda Adalah Komoditas, Begini Cara Melindunginya
Ilustrasi data pribadi (Photo by Markus Spiske on Unsplash)

Suara.com - Setiap kali Anda mengunggah foto liburan, menyukai postingan teman, mencari resep masakan, atau sekadar mengisi survei online, Anda sedang melakukan lebih dari sekadar beraktivitas di dunia maya.

Anda sedang menenun sebuah permadani digital yang sangat detail tentang diri Anda.

Permadani inilah yang disebut jejak digital, dan di era ekonomi saat ini, ia telah menjadi salah-satu komoditas paling berharga di dunia.

Dari platform raksasa seperti Facebook hingga aplikasi pinjaman online (pinjol) yang muncul tiba-tiba, data Anda adalah "emas baru" yang terus ditambang.

Setiap aktivitas, kesukaan, lokasi, dan bahkan lingkaran pertemanan Anda adalah informasi berharga yang bisa diolah dan dijual.

Memahami bagaimana jejak ini terbentuk dan diperdagangkan adalah langkah pertama untuk melindungi aset paling pribadi yang Anda miliki.

Facebook dan Tambang Data Bernama "Profil Anda"

Facebook, dengan miliaran pengguna aktifnya, adalah salah satu pengumpul jejak digital terbesar.

Platform ini tidak menjual data Anda secara langsung dalam arti menyerahkan daftar nama dan nomor telepon.

Model bisnisnya jauh lebih canggih: mereka menjual akses ke Anda.

Baca Juga: Data Pribadi di Ujung Jari Asing: Panduan Praktis Memahami Risiko dan Menjaga Privasi di Era Digital

Setiap data yang Anda berikan secara sadar (disebut jejak digital aktif), seperti status, foto, dan informasi profil, digabungkan dengan data yang diambil tanpa Anda sadari (jejak digital pasif), seperti situs web yang Anda kunjungi atau iklan yang Anda klik.

Semua informasi ini diolah oleh algoritma canggih untuk membangun profil psikografis Anda.

Profil inilah yang menjadi komoditas.

Pengiklan tidak membeli data Anda, tetapi mereka membayar Facebook untuk menampilkan produk mereka kepada "wanita, usia 25-35, tinggal di Jakarta, tertarik pada yoga, dan baru saja mencari informasi tentang liburan ke Bali."

Facebook menjadi perantara yang sangat efektif karena mereka mengenal Anda, terkadang, lebih baik dari orang terdekat Anda.

Lingkaran Setan: Dari Jejak Digital ke Jebakan Pinjol Ilegal

Bahaya muncul ketika jejak digital yang sama jatuh ke tangan yang salah.

Kebocoran data, yang sering terjadi di Indonesia, menjadi pintu masuk bagi para pelaku kejahatan siber.

Di sinilah ekosistem pinjaman online ilegal berperan.

Pinjol ilegal sering kali menawarkan kemudahan syarat yang menggiurkan, cukup dengan KTP dan swafoto.

Namun, saat Anda mengunduh aplikasi mereka, Anda sering kali tanpa sadar memberikan izin akses ke seluruh data di ponsel Anda: kontak, galeri foto, pesan, hingga riwayat panggilan.

Ketika terjadi gagal bayar, data inilah yang menjadi senjata mereka.

Mereka tidak segan menyebarkan informasi pinjaman dan data pribadi Anda ke seluruh kontak di ponsel Anda, melakukan pelecehan, dan mempermalukan Anda untuk menekan pembayaran.

Ini adalah bentuk penyalahgunaan data pribadi yang paling brutal, di mana jejak digital Anda dieksploitasi untuk meneror.

Ambil Alih Kendali: Cara Praktis Melindungi Jejak Digital Anda

Meskipun jejak digital tidak bisa sepenuhnya dihapus, Anda bisa mengelolanya secara signifikan untuk mengurangi risiko.

Berikut adalah langkah-langkah konkret yang bisa Anda terapkan:

1. Gunakan Mode Penyamaran (Incognito): Saat menjelajah internet, gunakan mode incognito atau private.

Mode ini mencegah peramban menyimpan riwayat pencarian dan cookie, sehingga mengurangi jejak yang Anda tinggalkan.

2. Audit Izin Aplikasi Secara Berkala: Cek pengaturan ponsel Anda dan cabut izin yang tidak relevan.

Apakah aplikasi edit foto benar-benar perlu akses ke daftar kontak Anda?

Apakah game perlu mengetahui lokasi Anda?

Batasi seminimal mungkin.

3. Hapus Akun Lama yang Tidak Terpakai: Akun media sosial atau forum yang sudah bertahun-tahun tidak digunakan masih menyimpan data pribadi Anda.

Menghapus akun-akun ini dapat mengurangi risiko data Anda terekspos jika terjadi peretasan pada platform tersebut.

4. Waspada Terhadap Phishing: Selalu curiga terhadap tautan yang dikirim melalui email atau pesan instan.

Penipu menggunakan data yang bocor untuk membuat serangan phishing yang terlihat meyakinkan, bertujuan mencuri kata sandi atau informasi keuangan Anda.

5. Periksa Kebocoran Data: Manfaatkan situs gratis seperti "Have I Been Pwned?" untuk memeriksa apakah alamat email Anda pernah terlibat dalam insiden kebocoran data.

Jika ya, segera ganti kata sandi untuk akun-akun terkait.

6. Jangan Oversharing: Pikirkan kembali sebelum mengunggah informasi yang terlalu pribadi, seperti alamat rumah, tiket perjalanan dengan kode QR, atau kebiasaan rutin Anda.

Semakin sedikit informasi yang Anda bagikan secara sukarela, semakin aman diri Anda.

Pada akhirnya, di dunia di mana data adalah komoditas, menjadi pengguna yang sadar dan cerdas adalah pertahanan terbaik.

Dengan mengelola jejak digital secara proaktif, Anda tidak hanya melindungi privasi dan reputasi, tetapi juga menjaga diri dari ancaman kejahatan siber yang semakin canggih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI