1. Dentuman Bass Frekuensi Rendah
Ini adalah ciri utama dan paling vital. Sound horeg tidak hanya keras, tetapi fokus pada frekuensi bass yang sangat rendah (sub-bass) yang lebih banyak dirasakan oleh tubuh daripada didengar oleh telinga, menciptakan getaran fisik yang masif.
2. Spesifikasi Sound System Skala Sultan
Rig audionya dibangun secara masif. Biasanya terdiri dari puluhan speaker, subwoofer berukuran besar (18 inci atau lebih), dan didukung oleh power amplifier berdaya puluhan ribu watt yang diangkut menggunakan truk atau kontainer.
3. Lagu Remix Jedag-Jedug
Musik yang diputar bukanlah lagu biasa, melainkan versi remix dengan bass yang sudah di-boost secara ekstrem. Genre yang populer adalah DJ remix dari lagu dangdut koplo, sholawat, hingga lagu-lagu yang sedang viral di TikTok.
4. Arak-arakan dan Karnaval
Sound horeg mencapai puncak kemeriahannya saat diarak keliling desa atau kota dalam sebuah karnaval. Rombongan truk sound system akan berjalan perlahan sambil "membunyikan" rig mereka, diikuti oleh kerumunan warga yang ikut berjoget.
Terlepas dari popularitasnya, sound horeg turut mendulang kontroversi. Bagaimana tidak, getaran ekstremnya dilaporkan sudah merusak bangunan, memecahkan kaca, hingga mengganggu ketertiban umum. Tak jarang acara yang melibatkan sound horeg kerap berurusan dengan pihak berwenang.
Baca Juga: Gawat! Agustusan di Jatim Terancam Sepi, Karnaval Tanpa Sound Horeg Bakal Garing?
Pada akhirnya, sound horeg lebih dari sekadar audio yang keras dan hingar bingar. Fenomena ini adalah cerminan dari budaya komunal, adu gengsi, kreativitas teknis, dan hiburan rakyat yang tumbuh secara organik dari akar rumput masyarakat Indonesia.