Meski hanya melihatnya sekilas, pesona gadis itu meninggalkan kesan mendalam di hati sang Wakil Presiden. Gadis itu adalah Rahmi, yang kala itu baru berusia 19 tahun.
Merasa sahabatnya telah menemukan tambatan hati, Bung Karno pun turun tangan. Ia bertindak sebagai "mak comblang" dan membantu melamarkan Rahmi untuk Bung Hatta.
Di sinilah babak paling menarik dari kisah ini terungkap, yakni Rahmi tak lain adalah putri dari Annie, wanita yang pernah mengisi hati Bung Hatta di masa lalu.
Bung Hatta, dengan kebesaran hatinya, hendak mempersunting anak dari mantan kekasihnya itu.
Lamaran diterima, dan pernikahan pun digelar pada 18 November 1945 di sebuah vila di Megamendung, Bogor. Perbedaan usia 24 tahun di antara mereka tak menjadi penghalang.
Buku sebagai Mahar
Ada satu hal lagi yang membuat pernikahan ini begitu istimewa dan sangat mencerminkan karakter Bung Hatta: maharnya.
Bukan perhiasan atau harta melimpah, Bung Hatta memberikan buku karyanya yang berjudul Alam Pikiran Yunani sebagai mas kawin.
Buku ini ia tulis selama masa pembuangannya di Boven Digul. Pilihan mahar ini menunjukkan betapa ia menghargai ilmu pengetahuan di atas segalanya, sebuah nilai yang ingin ia wariskan dalam membangun rumah tangganya.
Baca Juga: 6 Makanan Favorit Proklamator RI Soekarno dan Mohammad Hatta, Ternyata Suka Sayur Lodeh!
Pernikahan Bung Hatta dan Rahmi menjadi bukti bahwa cinta sejati tak lekang oleh waktu dan tak terhalang oleh alur takdir yang rumit.
Bagaimana seorang lelaki yang setia pada sumpahnya, sabar dalam penantiannya, dan pada akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya pada hati anak dari wanita yang pernah ia cintai.
Bung Hatta dan Rahmi dikaruniai tiga orang putri dan hidup bersama dalam kesederhanaan namun penuh cinta hingga maut memisahkan.