Perang Sneaker 2025: Akankah Samba Menggulingkan Takhta Suci Nike Dunk?

Tasmalinda Suara.Com
Selasa, 19 Agustus 2025 | 21:15 WIB
Perang Sneaker 2025: Akankah Samba Menggulingkan Takhta Suci Nike Dunk?
Adidas Samba dan Nike duck

Suara.com - Di jagat mode yang terus berputar, ada dua siluet yang berdiri tegak bak raksasa, mendefinisikan gaya jalanan (street style) bagi jutaan orang yakni Adidas Samba dan Nike Dunk Low.

Keduanya lahir dari dunia olahraga, yakniSamba dari lapangan futsal indoor dan Dunk dari lapangan baske namun takdir membawa mereka ke arena yang sama sekali berbeda yakni panggung mode global.

Selama beberapa tahun terakhir, telah menyaksikan kebangkitan fenomenal keduanya. Tapi saat kita menatap tahun 2025, pertanyaannya semakin tajam, yakni siapa yang akan benar-benar bertahta sebagai raja street style?

Pertarungan ini lebih dari sekadar kulit dan sol karet; ini adalah duel antara dua filosofi gaya yang berbeda.

Di satu sudut, Samba mewakili keanggunan minimalis dan warisan Eropa. Di sudut lain, Dunk Low adalah kanvas bagi ekspresi diri yang bold dan budaya hype Amerika.

Sang Penantang Klasik: Kebangkitan Adidas Samba yang Tak Terbendung

Jika ada sneaker yang mendefinisikan estetika "quiet luxury" dan "blokecore" yang merajai fashion saat ini, itu adalah Adidas Samba.

Popularitasnya meroket bukan karena drop yang langka atau kolaborasi hingar-bingar, melainkan karena kesederhanaannya yang abadi.

Daya Tarik Universal: Siluetnya yang ramping dan sol karet (gum sole) yang khas membuatnya sangat serbaguna.

Baca Juga: Jangan Ketinggalan! Inilah 3 Sneakers Retro yang Wajib Ada di Lemari Sepatumu

Samba bisa dipadukan dengan jeans, celana bahan, rok, bahkan gaun. Ia adalah bunglon mode yang sempurna.

Pengaruh Selebriti yang dari Bella Hadid, Hailey Bieber, hingga A$AP Rocky, para ikon mode global mengadopsi Samba sebagai sepatu andalan mereka. Hal ini mengukuhkan statusnya dari sepatu olahraga menjadi fashion staple.

Sementara di tengah "hype fatigue" di mana banyak orang lelah mengejar rilisan terbatas, Samba menawarkan angin segar. Ia mudah didapat (meski sempat langka karena permintaan tinggi), terjangkau, dan tidak lekang oleh waktu.

Memasuki 2025, kekuatan Samba terletak pada kemampuannya untuk menyatu dengan tren makro fashion yang bergerak ke arah minimalisme, kepraktisan, dan gaya yang lebih dewasa.

Adidas Samba dan Nike duck
Adidas Samba dan Nike duck

Sang Juara Bertahan: Dominasi Nike Dunk Low yang Sulit Digoyahkan

Selama bertahun-tahun, Nike Dunk Low adalah definisi dari hype. Dari rilisan eksklusif di aplikasi SNKRS hingga kolaborasi legendaris dengan Travis Scott dan Off-White, Dunk adalah simbol status di dunia sneaker.

Raja Kolaborasi: Kekuatan terbesar Dunk adalah kemampuannya untuk menjadi kanvas kosong.

Ratusan colorway dan kolaborasi membuatnya tetap relevan dan menjadi item koleksi yang paling dicari.

Akar Budaya yang Kuat yakni lahir dari kultur bola basket dan diadopsi oleh dunia skateboard, Dunk memiliki narasi dan keaslian yang mendalam.

Ia lebih dari sekadar sepatu; ia adalah bagian dari sejarah subkultur.

Fenomena "Panda": Terlepas dari kritik "terlalu umum", Nike Dunk Low "Panda" (hitam-putih) menjadi fenomena budaya tersendiri, membuktikan kemampuan Dunk untuk menembus pasar massal dan tetap menjadi item yang paling diinginkan.

Namun, tantangan bagi Dunk di 2025 adalah kejenuhan pasar. Dengan begitu banyak rilisan, eksklusivitasnya mulai terkikis.

Pertanyaannya adalah, apakah Nike bisa terus menjaga api hype tetap menyala tanpa membakar habis pasarnya?

Jadi, siapa yang akan merebut mahkota di 2025? Jawabannya tidak sesederhana memilih satu pemenang.

Sebaliknya, kita akan melihat perpecahan tahta yang jelas:

Adidas Samba akan menjadi Raja Street Style Sehari-hari (The Everyday King).

Untuk mayoritas konsumen fashion, milenial, dan Gen Z yang mencari sepatu serbaguna, stylish, dan tidak berteriak "hype", Samba adalah jawabannya.

Ia sejalan dengan pergeseran global menuju gaya yang lebih abadi dan personal. Ia adalah pilihan cerdas untuk OOTD yang tak perlu banyak usaha.

Nike Dunk Low akan tetap menjadi Raja Budaya Hype (The King of Hype Culture).

Bagi para kolektor, sneakerhead sejati, dan mereka yang menggunakan sepatu sebagai statement piece,

Dunk tidak akan tergantikan. Rilisan kolaboratif dan edisi terbatas akan terus mendominasi percakapan di komunitas dan mempertahankan nilai jualnya di pasar sekunder.

Kesimpulan:

Pemenang sebenarnya di 2025 adalah Anda, sang konsumen. 

Lanskap street style akan lebih kaya dengan dua pilihan raja yang berbeda.

Jika lemari pakaian Anda di 2025 dipenuhi dengan potongan-potongan klasik dan serbaguna, Samba akan menjadi fondasinya.

Jika Anda ingin membuat pernyataan, berburu grail, dan menjadi bagian dari momen budaya, Dunk akan selalu ada di rak teratas Anda.

Perang telah usai, dan hasilnya adalah gencatan senjata yang indah. Keduanya menang di jalurnya masing-masing.

Bagaimana menurutmu?

Apakah kamu #TimSamba yang mengutamakan gaya klasik atau #TimDunk yang setia pada budaya hype?

Berikan suaramu di kolom komentar di bawah ini!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI