Suara.com - Di arena street style, hanya ada beberapa nama yang bisa mengklaim takhta.
Dua di antaranya, Adidas Samba dan Nike Dunk Low, telah mendominasi perbincangan, OOTD di Instagram, dan rak sepatu selama beberapa tahun terakhir.
Keduanya adalah raksasa dengan sejarah panjang, basis penggemar fanatik, dan siluet yang tak lekang oleh waktu.
Namun, saat tren berputar lebih cepat dari sebelumnya, pertanyaan besar pun muncul: siapa yang akan benar-benar berkuasa di tahun 2025?
Apakah dominasi Samba yang sleek dan terinspirasi blokecore akan terus berlanjut, atau akankah Dunk Low dengan akar basket dan hype-nya yang tak terbatas merebut kembali mahkota? Mari kita bedah pertarungan ini, ronde demi ronde.

Ronde 1: DNA dan Warisan Sejarah
Setiap ikon punya cerita. Memahami asal-usul mereka adalah kunci untuk melihat ke mana mereka akan melangkah.
Adidas Samba lahir di lapangan futsal Jerman pada tahun 1949, Samba diciptakan untuk memberikan cengkeraman di permukaan yang licin dan beku.
Desainnya yang fungsional, dengan sol karet (gum sole) yang khas dan profil ramping, secara organik diadopsi oleh subkultur sepak bola di Inggris, awal dari tren blokecore yang kita kenal sekarang. Warisannya adalah tentang authenticity dan gaya yang tidak dibuat-buat.
Baca Juga: Stop! Jangan Cuci Adidas Putihmu Sebelum Tahu 5 Kesalahan Fatal Ini
Sementara Nike Dunk Low muncul pada tahun 1985 sebagai sepatu basket untuk tim universitas di Amerika.
Kampanye "Be True To Your School" membuatnya meledak.
Namun, kebangkitan sejatinya datang ketika para skateboarder menyukai sol datarnya yang kokoh dan panelnya yang kuat.
Dari sana, Dunk menjadi kanvas tak terbatas untuk kolaborasi, warna-warni gila, dan budaya hype yang dimotori oleh rilisan seperti Nike SB Dunk. Warisannya adalah tentang ekspresi diri dan relevansi budaya.
Ronde 2: Estetika dan Fleksibilitas Styling
Bagaimana keduanya beradaptasi dengan lemari pakaian modern?
Adidas Samba: Sang Minimalis Bunglon

Kekuatan Samba tidak meneriakkan "lihat aku," ia justru melengkapi penampilanmu.
Ini adalah sepatu "jika kamu tahu, kamu tahu" (IYKYK) yang diadopsi oleh ikon gaya seperti Bella Hadid dan A$AP Rocky, menjadikannya simbol gaya yang lebih dewasa dan sophisticated.
Nike Dunk Low: Kanvas Ekspresif
Dunk adalah tentang membuat pernyataan. Dengan panel color-blocking-nya, Dunk adalah pusat perhatian.
kolaborasi Travis Scott yang dicari-cari, Dunk memungkinkan pemakainya untuk menunjukkan identitas mereka dengan lantang.
Ronde 3: Hype, Harga, dan Ketersediaan
Di dunia sneakers, kelangkaan adalah mata uang.
Nike Dunk Low, selama bertahun-tahun, Dunk adalah raja hype.
Rilisan terbatas, antrean virtual, dan pasar resell yang menggila adalah dunianya.
Namun, belakangan ini, Nike telah meningkatkan produksi, terutama untuk colorway "Panda," membuatnya lebih mudah diakses.
Ini adalah pedang bermata dua: bagus untuk konsumen, tetapi sedikit mengurangi faktor "eksklusif"-nya.
Popularitas Samba meledak secara organik. Ia menjadi viral bukan karena kelangkaan, melainkan karena diadopsi oleh trendsetter.
Meskipun sekarang lebih sulit ditemukan dalam ukuran tertentu, Adidas secara umum menjaga ketersediaannya tetap stabil.
Kolaborasi dengan desainer seperti Wales Bonner atau KITH menjaga hype-nya tetap hidup tanpa membuatnya mustahil untuk dibeli.

Siapa Raja Street Style di 2025?
Meskipun Nike Dunk Low adalah ikon abadi yang tidak akan pernah benar-benar "pergi," momentum tren jelas berpihak pada Adidas Samba untuk tahun 2025.
Alasannya sederhana: tren fesyen global sedang bergerak menjauh dari hype yang keras dan menuju estetika yang lebih dewasa, minimalis, dan abadi.
Gerakan quiet luxury dan kebangkitan gaya retro yang bersih adalah panggung yang sempurna untuk Samba.
Siluetnya yang sederhana lebih mudah beradaptasi dengan berbagai tren mikro yang akan datang.
Sementara Dunk akan selalu menjadi pilihan utama untuk komunitas sneakerhead dan mereka yang mencintai statement piece, Samba akan menjadi pilihan default bagi mereka yang mengutamakan gaya personal yang halus dan serbaguna.
Samba bukan lagi sekadar sepatu, ia adalah penanda selera yang baik.
Tentu saja, di dunia mode, apa pun bisa terjadi. Satu kolaborasi besar dari Nike bisa membalikkan keadaan. Namun, untuk saat ini, takhta tampaknya lebih kokoh diduduki oleh sang legenda lapangan futsal.
Sekarang giliranmu! Kamu #TimSamba atau #TimDunk?
Beri tahu kami pilihan dan alasanmu di kolom komentar di bawah!