Suara.com - Kuliner tradisional sering kali lebih dari sekadar makanan. Di Indonesia, hidangan tumpeng menempati posisi istimewa karena bukan hanya hadir dalam berbagai perayaan, tetapi juga menyimpan filosofi syukur, persatuan, dan kebersamaan.
Di tengah derasnya arus modernisasi, tumpeng kini mendapat perhatian baru sebagai bagian dari identitas budaya sekaligus alat diplomasi yang memperkenalkan Indonesia ke dunia. Seperti disampaikan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, “Lebih dari sekadar makanan, kuliner dapat menjadi alat diplomasi budaya yang sangat efektif sehingga makin banyak negara yang mengenal Indonesia melalui makanannya.”
Mengapa Tumpeng Begitu Penting untuk Dilestarikan?
Simbol keberagaman dan persatuan
Tumpeng bukan hanya nasi berbentuk kerucut dengan lauk pauk di sekelilingnya. Dalam praktiknya, ia hadir dalam upacara adat Jawa, perayaan keagamaan, hingga acara syukuran keluarga sederhana. Keberadaan tumpeng dalam lintas tradisi ini menjadikannya simbol nyata bahwa perbedaan budaya dan keyakinan bisa disatukan melalui sebuah hidangan.
Warisan budaya dengan filosofi mendalam
Bentuk kerucut tumpeng melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan lauk di sekitarnya mencerminkan keseimbangan hidup antara manusia dengan alam dan sesamanya. Filosofi ini mengajarkan bahwa makanan bukan hanya untuk mengenyangkan perut, tetapi juga menyimpan pesan moral dan spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Sarana edukasi dan identitas generasi muda
Di era digital, generasi muda cenderung lebih mengenal makanan cepat saji global ketimbang kuliner tradisional. Tumpeng bisa menjadi pintu masuk untuk mengajarkan mereka tentang kearifan lokal, sejarah, serta nilai-nilai kebersamaan yang terkandung dalam makanan. Melalui festival, buku, atau pameran, tumpeng dihadirkan kembali agar anak muda tidak hanya mengenal, tetapi juga bangga menjadikannya bagian dari identitas mereka.
Baca Juga: Menikmati Menu di Lesehan Selera Malam Jambi, Sambalnya Bikin Nagih

Festival Tumpeng Nusantara 2025: Merayakan Identitas Lewat Rasa
Untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, Indonesian Gastronomy Community (IGC) bersama Hotel Borobudur Jakarta dan Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) menyelenggarakan Festival Tumpeng Nusantara 2025.
Acara ini tidak sekadar menampilkan aneka hidangan, tetapi juga menegaskan tumpeng sebagai simbol identitas bangsa. Salah satu agenda penting adalah peluncuran buku Tumpeng Indonesia oleh IGC. Ria Musiawan, Ketua Umum IGC, menekankan: “Tumpeng adalah lebih dari sekadar hidangan, melainkan simbol perayaan, kebersamaan, dan nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.”
Selain itu, festival ini juga menggelar Kompetisi Tumpeng Selamat yang diikuti 16 peserta dari berbagai lembaga pendidikan, dimenangkan oleh tim dari Universitas Asaindo. Ada pula Pameran Tumpeng yang menampilkan 10 jenis tumpeng berbeda dari berbagai daerah, lengkap dengan makna dan sejarahnya.
Membawa Tumpeng ke Masa Depan
Arief Djoko Budiono, koordinator penerbitan buku, menyebut tujuan utama karya ini adalah mendokumentasikan sejarah dan variasi tumpeng dari berbagai daerah. Sementara Pudyotomo A. Saroso, Ketua Dewan Pakar IGC, menambahkan bahwa publikasi ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda agar memahami nilai budaya melalui makanan.