- Gas air mata sering digunakan untuk mengendalikan massa ketika demo.
- Berbagai efek bisa muncul jika terkena paparan gas air mata.
- Apakah efek gas air mata bisa sampai menyebabkan kematian?
Suara.com - Gas air mata kerap dipandang sebagai senjata pengendali massa saat terjadi demonstrasi. Gas air mata ini tergolong bersifat aman karena tidak dirancang untuk membunuh.
Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, seperti 2-chlorobenzalmalononitrile (CS), sejatinya adalah partikel bubuk yang disebarkan dalam bentuk aerosol.
Ketika terhirup atau mengenai mata dan kulit, partikel ini memicu rasa terbakar, iritasi hebat, batuk, sesak napas, hingga gangguan penglihatan.
Dalam kondisi tertentu, paparan gas air mata dapat berkembang menjadi ancaman serius.
Faktor seperti lokasi tertutup, intensitas semprotan yang tinggi, jarak yang terlalu dekat, atau kondisi medis tertentu seperti asma dan penyakit jantung dapat memperbesar risiko komplikasi fatal.
![Ilustrasi gas air mata [dibuat dengan AI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/31/94783-ilustrasi-gas-air-mata-dibuat-dengan-ai.jpg)
Bahkan, ada kasus di mana penggunaan gas air mata mengakibatkan gagal napas, serangan jantung, hingga berujung kematian.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana gas air mata bekerja, apa dampaknya bagi tubuh, siapa saja yang paling rentan, serta langkah darurat yang dapat dilakukan bila terpapar.
Lalu, seperti apa fakta dari gas air mata ini? Simak inilah selengkapnya.
Definisi dan Karakteristik Gas Air Mata
Meski disebut gas, zat ini sebenarnya bukanlah gas murni. Gas air mata merupakan bubuk kimia padat yang disemprotkan dalam bentuk kabut atau aerosol.
Baca Juga: Analis Politik Cium Ancaman 'Jawa Spring', Sebut Protes Pati Jadi Pemicunya
Senyawa yang paling sering dipakai adalah CS (2-chlorobenzalmalononitrile). Alat ini banyak digunakan aparat keamanan untuk membubarkan kerumunan karena efek iritasinya yang cepat.
Penggunaannya biasanya diatur agar dilakukan di area terbuka dan tidak diarahkan langsung ke tubuh.
Efek Gas Air Mata pada tubuh
Kontak langsung dengan gas air mata menimbulkan rasa perih, kemerahan, keluarnya air mata berlebihan, dan pandangan kabur pada mata.
Bila terpapar dalam jumlah banyak atau terlalu dekat, risiko kerusakan kornea, katarak, bahkan kehilangan penglihatan dapat terjadi.
Tak hanya itu, paparan dari gas air mata ini dapat mengiritasi hidung, tenggorokan, hingga paru-paru.
Gejala yang muncul antara lain batuk hebat, dada terasa sesak, napas berbunyi, mual, muntah, dan pada kondisi berat bisa berujung gagal napas.
Jika menempel pada kulit, senyawa ini menimbulkan gatal, ruam merah, melepuh, hingga luka bakar kimia. Reaksi dapat berbeda pada tiap orang, terutama bagi mereka yang kulitnya sensitif.
Selain iritasi lokal, paparan gas air mata juga bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
Bagi penderita penyakit jantung, hal ini bisa memicu komplikasi berbahaya seperti serangan jantung mendadak.
Ada beberapa faktor yang bisa memperbesar risiko jika terpapar gas air mata, seperti :
- Paparan terjadi di ruang tertutup atau area minim ventilasi.
- Konsentrasi gas sangat tinggi atau diarahkan dari jarak dekat.
- Paparan berlangsung dalam durasi lama tanpa akses udara segar.
- Individu memiliki riwayat penyakit seperti asma, PPOK, atau gangguan jantung.
- Situasi panik menyebabkan kerumunan saling dorong sehingga risiko cedera fisik atau pingsan meningkat.
- Bahkan pada ibu hamil, beberapa penelitian awal pada hewan menunjukkan potensi bahaya terhadap janin, meski bukti pada manusia masih perlu kajian lebih lanjut
![Pengunjuk rasa menghindari tembakan gas air mata dari anggota kepolisian di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (28/8/2025). [Dok. Antara/Galih Pradipta]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/29/88912-gas-air-mata.jpg)
Apakah Bisa Menyebabkan Kematian?
Secara prinsip, gas air mata dikategorikan sebagai senjata non-mematikan. Namun, catatan medis menunjukkan bahwa dalam kondisi ekstrem, paparan gas air mata bisa berujung fatal.
Kombinasi kesulitan bernapas, lonjakan tekanan darah, dan kerusakan jaringan tubuh dapat menyebabkan kegagalan organ vital.
Beberapa laporan kasus menunjukkan kematian terjadi terutama bila gas digunakan di ruang sempit atau terhadap kelompok dengan kondisi kesehatan rentan.
Tindakan Darurat Saat Terpapar
Jika terpapar, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain :
- Segera menjauh dari sumber paparan dan cari udara segar. Hindari area rendah karena partikel cenderung mengendap.
- Lindungi saluran pernapasan dan mata dengan kain basah atau masker sementara.
- Bilas mata dan kulit menggunakan air bersih selama 10–30 menit. Jangan mengucek mata karena bisa memperparah iritasi.
- Mandi dan ganti pakaian agar partikel kimia tidak terus menempel.
- Bila gejala parah seperti sesak berat atau pingsan terjadi, segera cari bantuan medis
Gas air mata memang bukan senjata yang dirancang untuk membunuh, tetapi penggunaannya tetap membawa risiko kesehatan serius.
Pada dosis tinggi, ruang tertutup, atau pada orang dengan kondisi medis tertentu, gas ini bisa memicu komplikasi yang berujung pada kematian.
Pemahaman mengenai dampak dan cara penanganan darurat sangat penting agar masyarakat dapat lebih waspada dan melindungi diri bila sewaktu-waktu terpapar.
Kontributor : Dea Nabila