Ditulis saat Pramoedya diasingkan di Pulau Buru, buku ini adalah perlawanan itu sendiri. Kisah Minke mengajarkan kita bahwa pengetahuan dan tulisan adalah senjata paling tajam untuk melawan penindasan.
Membaca "Bumi Manusia" adalah cara kita memahami akar perjuangan bangsa ini.
"The Handmaid's Tale" oleh Margaret Atwood
Protes Terhadap Apa? Patriarki fundamentalis, penindasan terhadap tubuh perempuan, dan teokrasi.
Atwood menyajikan dunia distopia di mana hak-hak perempuan direnggut atas nama agama.
Buku ini adalah pengingat yang mengerikan tentang betapa rapuhnya kebebasan dan otonomi tubuh. Ini adalah bacaan wajib untuk memahami perjuangan feminisme.
"Melihat Api Bekerja" oleh M. Aan Mansyur
Protes Terhadap Apa? Ketidakadilan sosial yang tersembunyi, penderitaan kaum marjinal, dan keheningan kita terhadapnya.
Melalui puisi-puisinya yang tajam dan menyentuh, Aan Mansyur memaksa kita untuk "melihat" apa yang sering kita abaikan yakni kehidupan pemulung, buruh, dan orang-orang kecil yang terlindas sistem. Ini adalah protes yang membangunkan empati.
Baca Juga: Rendahnya Literasi, Cermin Buram Pendidikan Indonesia

"Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia" oleh Yuval Noah Harari
Protes Terhadap Apa? Mitos-mitos kolektif yang kita terima begitu saja (uang, negara, agama).
Buku ini bukan fiksi, tapi kemampuannya membongkar "kenyataan" yang kita anut sangat revolusioner.
Harari menunjukkan bahwa banyak struktur kekuasaan di dunia ini berdiri di atas cerita yang kita setujui bersama. Memahaminya memberimu kekuatan untuk mempertanyakan segalanya.
"Fahrenheit 451" oleh Ray Bradbury
Protes Terhadap Apa? Sensor, pembodohan massal, dan kematian budaya literasi.