Suara.com - Nadiem Makarim kembali menjadi sorotan publik. Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) itu baru saja ditetapkan Kejaksaan Agung sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook.
Namun, sebelum ditetapkan sebagai tersangka perjalanan karier Nadiem Makarim dari Zalora, menjadi bos Gojek hingga Mendikbudristek sempat menjadi pusat kekaguman masyarakat Indonesia.
Dalam artikel ini kita akan melakukan kilas balik secara singkat perjalanan karier Nadiem Makarim. Sebelumnya, Nadiem Makarim lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Alqadrie. Nono Anwar Makarim sendiri dikenal sebagai seorang pengacara kondang dan aktivis.
Sosok yang dikenal cerdas ini menempuh pendidikan sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. Setelah lulus SMP, barulah Nadiem Makarim memulai kehidupan di luar negeri. Nadiem menempuh pendidikan sekolah menengah atas di Singapura.
Lulus sekolah menengah atas, Nadiem Makarim melanjutkan pendidikan dan berhasil meraih gelar sarjana Hubungan Internasional dari Brown University pada 2006. Selanjutnya, Nadiem melanjutkan pendidikan ke Harvard Business School, Boston, dan meraih gelar Master of Business Administration (MBA) pada 2011.
Awal Karier Profesional
Sebelum dikenal luas di seluruh dunia sebagai pendiri Gojek, Nadiem bekerja sebagai konsultan manajemen global, McKinsey & Company di Jakarta, selama tiga tahun.
Dari sana, ia mulai mencicipi dunia bisnis digital dengan bergabung sebagai Managing Director Zalora Indonesia pada 2011.
Nadiem Makarim bertahan 10 bulan saja di Zalora. Sebelum memilih fokus ke bisnis yang sudah dirintis sendiri, yaitu Gojek, Nadiem Makarim sempat bekerja di sistem pembayaran non-tunai Kartuku.
Baca Juga: Kemal Palevi Ingatkan Publik: Jangan Terkecoh Korupsi Nadiem, Kawal Terus Tuntutan 17+8!
Di sana, Nadiem menjabat sebagai Chief Innovation Officer sampai tahun 2014.
Mendirikan dan Membesarkan Gojek
Kisah lahirnya Gojek bermula dari kebiasaan sederhana Nadiem menggunakan jasa ojek untuk mobilitas sehari-hari. Ia melihat peluang untuk menggabungkan teknologi dengan layanan transportasi konvensional.
Pada 2010, Gojek mulai berdiri dalam bentuk sederhana sebagai layanan pemesanan lewat call center, sebelum resmi meluncur dalam bentuk aplikasi pada Januari 2015. Dalam perkembangannya, Gojek menawarkan layanan transportasi, pengiriman barang, hingga pesan-antar makanan.
Inovasi Gojek ini langsung mendapat sambutan luas dari masyarakat Indonesia yang sehari-harinya bergulat dengan kemacetan. Perusahaan berkembang pesat hingga menjadi decacorn pertama di Indonesia, dengan valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS.
Keberhasilan Gojek mengantarkan Nadiem meraih penghargaan Nikkei Asia Prize ke-24 pada 2018 untuk inovasi ekonomi dan bisnis. Ia tercatat sebagai penerima termuda sepanjang sejarah penghargaan bergengsi tersebut.
Masuk Dunia Politik dan Kabinet Jokowi
Kesuksesan Nadiem di dunia startup membuat Presiden Joko Widodo meliriknya untuk bergabung ke pemerintahan.
Pada 21 Oktober 2019, ia resmi mengundurkan diri dari posisi CEO Gojek. Dua hari kemudian, Presiden Jokowi mengumumkannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019–2024.
Langkah ini menjadikannya salah satu menteri termuda dengan usia baru 35 tahun. Hampir dua tahun kemudian, pada 28 April 2021, ia kembali dilantik sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), setelah Kemendikbud digabung dengan Kemenristek.
Selama masa jabatannya, Nadiem memperkenalkan berbagai terobosan, salah satunya program Merdeka Belajar. Ia juga mengambil langkah berani dengan menghapus Ujian Nasional (UN), yang semula direncanakan pada 2021 tetapi akhirnya dipercepat karena pandemi Covid-19.
Namun, kebijakan Nadiem menjadi kontroversi. Ujian nasional masih dianggap sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dunia pendidikan dalam memajukan bangsa oleh para pengamat di bidang pendidikan. Jika dihapuskan, tolok ukur itu menjadi tiada.
Selain ujian nasional yang dihapus, isu penghapusan mata pelajaran sejarah sempat ramai dibicarakan publik, begitu pula wacana penggabungan mata pelajaran agama dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Dari Inovator hingga Tersangka
Nadiem sebelumnya identik sebagai sosok inovator muda yang berani mengambil risiko besar demi membangun sesuatu yang baru. Namun, perjalanan karier gemilangnya kini diwarnai kasus hukum.
Jaksa menyebut Nadiem pernah memberi arahan kepada sejumlah pejabat Kemendikbudristek terkait pengadaan laptop berbasis ChromeOS pada 2020, meskipun kajian keunggulan Chromebook baru terbit belakangan.
Ia juga disebut membentuk grup WhatsApp "Mas Menteri Core Team" pada Agustus 2019, tiga bulan sebelum resmi dilantik sebagai menteri, untuk membahas rencana digitalisasi pendidikan. Kini, selain kasus di Kejagung, KPK juga membuka kemungkinan penyelidikan terkait penggunaan Google Cloud dalam program digitalisasi tersebut.
Demikian itu perjalanan karier Nadiem Makarim, dari Zalora, menjadi bos Gojek, dan Mendisbudristek. Semoga dapat dipahami dan menjadi pelajaran bersama.
Kontributor : Mutaya Saroh