Suara.com - Kabar terbaru datang dari prediksi cuaca yang dirilis oleh BMKG. Baru-baru ini, terdeteksi adanya super topan yang disebut dengan Ragasa, yang merupakan salah satu siklon tropis terkuat di dunia.
Juga dikenal sebagai Raja Badai Asia, apa dampak topan Ragasa Hong Kong ke Indonesia yang tengah terjadi ini?
Sebutan Raja Badai ini sebenarnya diungkapkan oleh Administrasi Meteorologi China. Dari Hong Kong Observatory, dinyatakan bahwa angin lokal yang terjadi akan terus menguat.
Bahkan angin besar ini telah membawa korban jiwa di area Taiwan, dilaporkan sebanyak 14 orang meninggal dunia.
Lalu apa yang akan terjadi pada Indonesia sebagai dampak dari munculnya topan Ragasa ini? Apakah masyarakat perlu waspada dengan akibat yang dibawanya?
Mengenal Topan Ragasa, Raja Badai Asia
Topan Ragasa memiliki berbagai nama dan sebutan. Di Filipina, topan ini dikenal dengan nama Nando. Biasanya angin ini terbentuk di pertengahan September di atas Samudera Pasifik Barat.
Badai yang terbentuk di bagian utara Yap ini kemudian perlahan menguat saat melintasi perairan dan samudra yang hangat.
Penguatan dapat terjadi semakin intens karena kondisi atmosfer yang mendukung, seperti apa yang terjadi di tahun ini.
Tercatat pada hari Senin, 22 September 2025, Ragasa telah menjelma dan masuk ke kategori super topan dengan kecepatan hingga 165 mil per jam. Kecepatan ini setara dengan hurricane kategori 5.
Baca Juga: Musim Hujan 2025/2026 Maju, BMKG Ingatkan Risiko Banjir hingga Demam Berdarah
Mengacu pada perkiraan terkini, beberapa negara yang masuk dalam jalurnya adalah Filipina, Taiwan, dan Tiongkok di bagian selatan.
Di beberapa negara tersebut kehadiran Ragasa telah memicu gelombang evakuasi besar-besaran, dan bahkan korban jiwa.
Lalu Bagaimana dengan Indonesia?
Jika melihat jalur yang ada, kemungkinan Indonesia akan turut dilewati oleh super topan tersebut. Namun demikian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika belum merilis informasi resmi.
BMKG hanya memberikan himbauan bahwa akan muncul dampak tidak langsung dari raja badai ini, seperti cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk hujan intensitas sedang hingga lebat pada akhir bulan kesembilan ini.
Secara umum, wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara sebenarnya memang rawan mengalami badai dan topan.
Hal ini karena wilayahnya berada di jalur badai tropis dunia, memiliki suhu laut yang cenderung hangat, aktivitas musiman, dan adanya tekanan atmosfer yang unik.