Musim Hujan 2025/2026 Maju, BMKG Ingatkan Risiko Banjir hingga Demam Berdarah

Minggu, 14 September 2025 | 11:37 WIB
Musim Hujan 2025/2026 Maju, BMKG Ingatkan Risiko Banjir hingga Demam Berdarah
Petugas melakukan proses pencarian korban di sekitar bangunan ruko yang hancur akibat diterjang banjir di kawasan Jalan Sulawesi, Denpasar, Bali, Kamis (11/9/2025). [Antara/Fikri Yusuf/YU]

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan faktor-faktor pendorong di balik prediksi musim hujan 2025/2026 yang datang lebih awal dari biasanya. Kombinasi fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) negatif dan suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar Indonesia menjadi pemicu utamanya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) saat ini berada dalam kondisi netral, sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik.

Namun, dua faktor lain sangat berpengaruh:

  • IOD Negatif: Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks –1,2), yang berarti ada suplai uap air tambahan dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
  • Suhu Muka Laut Hangat: Suhu muka laut di perairan Indonesia tercatat lebih hangat dari rata-rata, yang memicu pembentukan awan hujan secara lebih intensif.
    Peluang bagi Sektor Pertanian

Meskipun ada potensi risiko bencana, Ardhasena melihat kondisi ini juga memberikan manfaat positif, terutama bagi sektor pertanian.

"Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan," kata Ardhasena dalam keterangannya, Minggu (14/9/2025).

Rekomendasi Lintas Sektor

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak pemerintah dan masyarakat untuk memanfaatkan informasi ini sebagai dasar perencanaan. Ia merinci sejumlah langkah antisipasi yang perlu disiapkan oleh setiap sektor:

  • Pertanian: Menyesuaikan jadwal tanam, menggunakan varietas yang tahan genangan, serta memperbaiki irigasi dan drainase.
  • Perkebunan: Mengendalikan hama dan penyakit akibat kelembapan tinggi dan menyesuaikan jadwal pemupukan.
  • Energi: Mengoptimalkan pengisian waduk sejak awal musim dan menyesuaikan operasi pembangkit listrik dengan puncak musim hujan.
  • Kebencanaan: Meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir dan longsor dengan membersihkan saluran air. Namun, tetap waspada terhadap risiko kebakaran hutan dan lahan pada periode transisi, khususnya di NTB, NTT, dan Papua Selatan.
  • Kesehatan: Mewaspadai peningkatan kasus penyakit tropis seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Desember 2025–Januari 2026 dengan memberantas sarang nyamuk.

×
Zoomed

VIDEO TERKAIT

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI