- Video tepuk sakinah viral hingga membuat banyak orang berkomentar.
- Apakah Tepuk Sakinah ini wajib dilakukan oleh setiap pasangan yang akan menikah?
- Padahal ada kewajiban lain yang tidak boleh dilewatkan oleh calon pengantin yaitu Bimbingan Perkawinan (Bimwin).
Suara.com - Dunia maya baru-baru ini diramaikan oleh sebuah fenomena unik dari Kantor Urusan Agama (KUA). Namanya "Tepuk Sakinah".
Aksi sederhana penuh makna ini dengan cepat menyebar, menjadi perbincangan hangat, dan bahkan tren di kalangan calon pengantin.
Video-video yang menampilkan pasangan calon pengantin (catin) dan petugas KUA melakukan tepuk tangan sambil menyanyikan yel-yel singkat ini membanjiri linimasa.
Kegiatannya terlihat menyenangkan. Namun, di balik keriuhannya, muncul pertanyaan mendasar: apakah Tepuk Sakinah ini wajib dilakukan oleh setiap pasangan yang akan menikah?
Apa Sebenarnya Tepuk Sakinah Itu?
Tepuk Sakinah adalah sebuah metode edukasi pranikah yang kreatif. Tujuannya untuk menyampaikan nilai-nilai penting dalam membangun rumah tangga.
Metode ini merupakan bagian dari program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
Menurut Prof Alimatul Qibtiyah, salah satu penggagasnya, Tepuk Sakinah lahir dari kreativitas para instruktur Bimwin sejak 2018.
"Tepuk Sakinah diciptakan sebagai salah satu strategi untuk menghidupkan nilai kesalingan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam berkeluarga dengan cara yang menyenangkan,” ujar Prof Alimatul.
Gerakan dan liriknya terinspirasi dari lima pilar Keluarga Sakinah, yaitu:
Baca Juga: Viral! 'Tepuk Sakinah' di KUA Bikin Bimbingan Pra-Nikah Jadi Lebih Asyik
- Berpasangan: Melambangkan ikatan suci pernikahan.
- Janji Kokoh (Mitsaqon Ghalidho): Mengingatkan bahwa nikah adalah janji suci kepada Allah SWT.
- Saling Memberi Kebaikan: Termasuk di dalamnya saling cinta, hormat, dan menjaga.
- Musyawarah: Menekankan pentingnya komunikasi dalam mengambil keputusan bersama.
- Tarodhin (Saling Ridha): Keikhlasan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan menjadi kunci keharmonisan.
Jadi, Wajib atau Tidak?
Jawaban singkatnya: tidak wajib. Prof Alimatul Qibtiyah menegaskan bahwa Tepuk Sakinah bukanlah sebuah kewajiban.
"Ini kan hanya salah satu strategi. Ya kalau harus tidaknya untuk calon pengantin nggak harus sih. Ini hanya salah satu strategi pembelajaran saja atau pelatihan agar kemudian pilar-pilar keluarga sakinah itu bisa diterima dengan menyenangkan. Sehingga nggak ada keharusan gitu (Tepuk Sakinah)," jelasnya.
Yang diwajibkan oleh Kementerian Agama adalah keikutsertaan calon pengantin dalam program Bimbingan Perkawinan (Bimwin).
Tujuannya adalah untuk membekali pasangan dengan pengetahuan yang cukup sebelum memulai bahtera rumah tangga.
Tepuk Sakinah hanyalah salah satu dari banyak metode yang bisa digunakan. Metode ini dipilih karena dianggap efektif.
Cara yang interaktif dan ceria membuat materi yang berat menjadi lebih mudah dicerna dan diingat oleh para peserta.
Lirik Tepuk Sakinah
Lirik Tepuk Sakinah terdiri dari frasa-frasa berikut ini, yang diulang untuk memperkuat daya ingat dan maknanya.
Berpasangan …
Berpasangan …
Berpasangan …
Janji Kokoh …
Janji Kokoh …
Janji Kokoh …
Saling Cinta, Saling Hormat, Saling Jaga, Saling Ridho, Musyawarah untuk Sakinah.
Inovasi Edukasi di Era Digital
Viralnya Tepuk Sakinah menunjukkan sebuah pergeseran menarik. Ini adalah bukti bahwa lembaga pemerintah seperti KUA mampu beradaptasi dengan zaman. Mereka berhasil menciptakan sebuah inovasi dalam penyampaian edukasi pranikah.
Di tengah gempuran informasi dan hiburan singkat di media sosial, metode konvensional seperti ceramah bisa terasa membosankan.
Tepuk Sakinah hadir sebagai angin segar. Ia mengubah proses Bimwin yang mungkin terkesan kaku menjadi lebih relevan dan menarik bagi generasi milenial dan Gen Z.
Keberhasilan Tepuk Sakinah menjadi viral bukan hanya karena keunikannya. Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan di masyarakat akan cara-cara baru dalam belajar.
Pesan-pesan penting tentang pernikahan, ketika dikemas secara kreatif, ternyata bisa diterima dengan sangat baik.
Fenomena ini menjadi studi kasus yang menarik tentang bagaimana edukasi publik dapat dilakukan secara efektif di era digital.
Makna yang Lebih Dalam
Meskipun tidak wajib, Tepuk Sakinah memberikan nilai tambah yang signifikan. Ia bukan sekadar yel-yel kosong. Setiap kata dan gerakan di dalamnya adalah pengingat akan komitmen besar yang akan dijalani seumur hidup.
Ini adalah cara untuk menanamkan pondasi yang kuat sejak awal. Bahwa pernikahan adalah tentang kerjasama, saling menghargai, dan komunikasi. Viralitasnya mungkin akan meredup, namun pesan di baliknya harus terus hidup dalam setiap rumah tangga.
Pada akhirnya, Tepuk Sakinah adalah sebuah alat. Keberhasilannya diukur bukan dari seberapa banyak yang melakukannya, tetapi dari seberapa banyak pasangan yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai di dalamnya.
Bagaimana menurut Anda? Apakah metode kreatif seperti Tepuk Sakinah ini perlu diperbanyak untuk program edukasi lainnya? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar