-
Kesenjangan digital di Indonesia masih menjadi tantangan, terutama di sekolah yang minim fasilitas komputer dan akses internet.
-
Generasi muda menjadi agen perubahan melalui inisiatif mentorship, pengajaran literasi digital, dan program coding di sekolah lokal.
-
Langkah-langkah ini membantu pelajar mengembangkan keterampilan teknologi, mempersiapkan masa depan, dan memperkuat komunitas digital di seluruh Indonesia.
Suara.com - Generasi muda Indonesia kini mengambil peran penting dalam menutup kesenjangan digital yang masih terjadi di berbagai daerah.
Di sebuah sekolah di Tangerang Selatan, seorang siswa bernama Kalif menyimpan impian sederhana: menjadi pengembang gim yang bisa membuat permainan seru untuk teman-temannya. Namun, di sekolahnya belum tersedia fasilitas komputer atau kelas Teknologi Informasi (ICT).
Padahal, tanpa akses itu, langkah awal untuk mengejar cita-citanya pun terasa jauh.
Kisah Kalif bukan satu-satunya. Di berbagai daerah di Indonesia, ribuan pelajar menghadapi tantangan serupa akibat keterbatasan akses terhadap teknologi dan literasi digital.
Faktanya, kemampuan digital menjadi kunci penting untuk menyiapkan masa depan bangsa. Berdasarkan IMD World Digital Competitive Ranking 2024, Indonesia menempati peringkat ke-43 dari 67 negara. Meski menunjukkan kemajuan, posisi tersebut masih tertinggal dibanding beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
Kesenjangan digital ini semakin terasa saat pandemi COVID-19. Ketika pembelajaran harus beralih ke sistem daring, banyak sekolah di daerah kesulitan menjalankannya karena keterbatasan akses internet dan perangkat.
Tak jarang, satu ponsel dipakai bersama oleh beberapa anak dalam satu keluarga. Akibatnya, jam belajar hilang dan kesenjangan pendidikan semakin melebar.
Indonesia sebenarnya memiliki modal besar untuk mempercepat transformasi digital: bonus demografi.
Dengan rata-rata usia penduduk sekitar 31,5 tahun dan sepertiga populasi berusia di bawah 20 tahun, generasi muda menjadi kekuatan potensial dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh ekonomi terbesar dunia pada 2030.
Baca Juga: Generasi Muda Jadi Kunci Transformasi Energi RI, Begini Penjelasan Pakar
Namun, tanpa pemerataan akses internet dan pendidikan teknologi yang memadai, potensi ini bisa terbuang sia-sia.
Pemerintah telah berupaya mengatasi ketimpangan ini melalui proyek Palapa Ring, yang membentangkan lebih dari 57.000 kilometer kabel serat optik di seluruh nusantara.
Proyek yang selesai pada 2019 itu berhasil menghadirkan layanan 4G di 34 provinsi. Meski demikian, tingkat penetrasi internet Indonesia pada Januari 2025 baru mencapai 74,6%, masih di bawah Vietnam (78,8%), Filipina (83,8%), dan Thailand (91,2%).
Namun, ketersediaan jaringan saja tidak cukup. Tantangan berikutnya adalah memastikan generasi muda memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi secara produktif dan bermakna. Di titik inilah peran pemuda menjadi sangat penting.
Generasi muda bisa menjadi agen perubahan dengan berbagi pengetahuan digital kepada sesama—menjadi mentor, pengajar, atau penggerak komunitas.
Pendekatan antarpelajar terbukti lebih efektif karena bersifat interaktif, setara, dan relevan dengan dunia mereka. Bahkan, inisiatif kecil yang dimulai dari ruang kelas sederhana dan beberapa laptop bisa membawa dampak nyata.