Suara.com - Penelitian terbaru menemukan fakta menarik tentang perilaku kucing rumahan. Hasil riset dari tim ilmuwan dari Ankara University, Turki menunjukkan bahwa kucing cenderung lebih sering mengeong dan bersuara saat menyambut pemilik pria dibandingkan pemilik perempuan.
Temuan ini memunculkan berbagai dugaan tentang cara kucing berkomunikasi dengan manusia dan bagaimana respons manusia mempengaruhi perilaku hewan peliharaan tersebut.
Mengutip Science Alert (10/12/2025), studi tersebut melibatkan 31 pemilik kucing yang diminta merekam reaksi kucing mereka saat pulang ke rumah. Para peserta diminta berperilaku senormal mungkin agar respons kucing tidak terpengaruh oleh sikap yang dibuat-buat.
Dari rekaman tersebut, para peneliti menganalisis perilaku kucing selama 100 detik pertama setelah pemilik masuk ke rumah. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok.
Kucing yang menyambut pemilik pria rata-rata mengeluarkan 4,3 vokalisasi, termasuk mengeong, mendengkur, atau mengeluarkan suara pendek seperti cicitan. Sementara itu, kucing yang menyambut pemilik perempuan hanya mengeluarkan rata-rata 1,8 vokalisasi dalam durasi waktu yang sama.
Perbedaan ini dinilai signifikan dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia kucing, jenis kelamin, maupun ras. Para peneliti menegaskan bahwa satu-satunya faktor yang terlihat berpengaruh adalah jenis kelamin pemiliknya.
“Kami menemukan bahwa kucing lebih sering bersuara kepada pengasuh pria, sementara faktor demografis lain tidak menunjukkan pengaruh yang jelas terhadap frekuensi maupun durasi perilaku menyambut,” tulis tim peneliti dalam laporan ilmiah mereka yang diterbitkan di jurnal Ethology.
Mengutip Science Alert (10/12/2025), peneliti mengamati total 22 jenis perilaku kucing. Beberapa di antaranya mencakup perilaku sosial, seperti menggosokkan tubuh ke pemilik atau mengangkat ekor, serta perilaku yang berkaitan dengan stres, seperti menguap atau menggaruk tubuh. Namun dari semua perilaku tersebut, hanya vokalisasi yang menunjukkan perbedaan berdasarkan jenis kelamin pemilik.
Menariknya, suara kucing tidak selalu berkaitan dengan perilaku lain. Vokalisasi tidak berhubungan langsung dengan tanda-tanda sosial maupun perilaku pengalihan, seperti keinginan makan atau reaksi stres. Hal ini menunjukkan bahwa kucing menggunakan suara sebagai bentuk komunikasi yang berdiri sendiri, bukan sekadar reaksi terhadap kondisi tertentu.
Baca Juga: Dari Warung Gelap Jadi Regulasi Ketat: Mengapa Jakarta Melarang Konsumsi Anjing dan Kucing?
Meski penelitian ini tidak secara mendalam menelusuri alasan di balik temuan tersebut, para peneliti mengajukan beberapa kemungkinan. Salah satunya, pemilik perempuan cenderung lebih responsif terhadap kucing, lebih sering memberi perhatian, dan lebih peka membaca emosi hewan peliharaan mereka.
Selain itu, perempuan juga lebih sering menirukan suara kucing, yang mungkin membuat kucing merasa tidak perlu mengeong terlalu sering.
Sebaliknya, pemilik pria dinilai cenderung lebih cuek atau kurang tanggap terhadap isyarat non-verbal kucing. Akibatnya, kucing mungkin merasa perlu menggunakan vokalisasi yang lebih jelas dan lebih sering untuk menarik perhatian. Jika strategi ini berhasil, perilaku tersebut bisa terus diperkuat.
Mengutip Science Alert (10/12/2025), para peneliti menekankan bahwa meskipun jumlah partisipan relatif kecil dan seluruhnya berasal dari satu negara, penggunaan rekaman video memberikan keunggulan tersendiri. Metode ini dinilai lebih objektif dibanding studi lain yang hanya mengandalkan laporan subjektif pemilik.
Selama ribuan tahun hidup berdampingan dengan manusia, kucing terus menunjukkan kemampuan beradaptasi yang unik, termasuk menyesuaikan cara mereka bersuara berdasarkan respons yang mereka terima.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa