Kisah Penuh Tantangan dalam Pencarian Pesawat AirAsia

Jum'at, 02 Januari 2015 | 06:00 WIB
Kisah Penuh Tantangan dalam Pencarian Pesawat AirAsia
Tim Basarnas mengevakuasi satu lagi jenazah korban AirAsia QZ8501 ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Suara.com - Kamis (1/1/2014) kemarin adalah hari kelima pencarian pesawat dan penumpang pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Lokasinya sudah teridentifikasi dan sejumlah penumpang telah ditemukan. Saat ini, tim pencari yang dikoordinir Basarnas masih bekerja keras untuk menemukan badan pesawat serta semua penumpang serta awaknya.

Sampai sekarang, cuaca buruk masih menjadi salah satu penghambat terbesar proses pencarian yang sangat menantang itu.

Berikut ini adalah cerita bagaimana Basarnas dan tim pencari gabungan melakukan penelusuran sejak pertama kali pesawat itu hilang kontak dengan menara pengawas, Minggu (28/12/2014).

Setelah Basarnas mendapat laporan pesawat hilang kontak, Minggu siang, tim langsung bergerak ke lokasi terakhir kali pesawat tersebut terdeteksi, yaitu di perairan Belitung di koordinat 03.22.46 Lintang Selatan (LS) dan 108.50.07 Bujur Timur (BT).

Saat itu, Basarnas menerjunkan tujuh armada kapal dari berbagai daerah di Indonesia. Wartawan suara.com ikut kapal KN 224, yang berangkat dari dermaga Kalijabat, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pukul 15.00 WIB.

Lima belas jam perjalanan

Perjalanan terasa sangat panjang, lebih dari 15 jam berada di tengah lautan. Di kapal itu ada sekitar 22 wartawan. Ombaknya kuat sekali sampai hampir semua jurnalis mabuk laut.

Bahkan, salah satu anggota Basarnas Special Group juga mengaku mulas. "Intinya ga ada yang bisa ngalahin alam. Intinya-tuh makan jangan sampai lupa," katanya.

Wartawan yang ikut rombongan ini umumnya tanpa persiapan perbekalan untuk menginap. Sebab, mereka ditugaskan secara mendadak oleh kantor masing-masing untuk ikut serta dalam tim pencari.

Pencarian dimulai

Senin (29/12/2014) pukul 04.00 WIB kapal memasuki perairan Belitung Timur. Tim langsung bekerja.

Kapten KN 224 Ahmad menginstrusikan kepada seluruh BSG untuk memeriksa semacam tumpahan minyak di tengah laut. Saat itu, ada dugaan itu adalah avtur pesawat AirAsia. Tapi, ternyata bukan.

Dari pagi hingga malam, tim pencari berkeliling. Tapi, mereka belum menemukan tanda-tanda pesawat AirAsia yang hilang.

Menjelang tengah malam, di tengah cuaca yang tak menentu, Kapten Ahmad pun memerintakan untuk merapat ke pelabuhan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI