Ribuan Imigran Gelap Jebol Terowongan untuk Masuk Inggris

Ardi Mandiri Suara.Com
Senin, 03 Agustus 2015 | 17:02 WIB
Ribuan Imigran Gelap Jebol Terowongan untuk Masuk Inggris
Imigran gelap di Calais. (dailymail)

Suara.com - Ribuan imigran gelap membanjiri Calais, Prancis Utara, untuk dapat menyeberang ke wilayah Inggris. Tetapi, upaya itu dihadang petugas keamanan setempat, hingga akhirnya berujung ricuh.

Saling serang antara dua kubu pun tak terelakan. Batu-batu dari arah imigran, berterbangan menuju polisi. Dibalas dengan tembakan peringatan dan gas air mata ke arah para imigran.

Sejumlah polisi tampak terluka terkena batu. Darah mengalir deras di pelipis mereka akibat lemparan tersebut.

Di posisi imigran pun demikian. Sejumlah orang tampak cedera akibat aksi balasan polisi.

Polemik ini sudah terjadi sekian hari. Diawali dari masuknya imigran ke Terowongan Channel --yang terhubung dengan wilayah Inggris.

Tak cuma merangsek masuk, para imigran juga merusak kawat, pagar, dan sejumlah fasilitas lain, demi masuk ke daratan Negeri Ratu Elizabeth.

Seorang polisi menjelaskan bahwa kejadian ini diawali oleh sekira 400 imigran yang hendak menyelundup masuk ke Inggris.

"Setelah itu, sekitar 200 imigran lain datang dan melakukan hal yang sama," kata polisi.

"Gagal menebus terowongan, mereka berbuat ricuh. Merusak pagar, kawat dan lainnya," lanjut polisi itu.

Sementara itu, Sammy, imigran asal Ethiopia --yang berhasil diwawancarai Dailymail, mengutuk aksi blokade ini. "Kami ini juga manusia. Kita semua sama: manusia. Kita semua satu," katanya.

"Kami bukan binatang, kami juga punya hak yang sama. Buka perbatasan," Sammy mendesak.

Mohammed, imigran asal Sudan mengatakan kalau masih ada ratusan 'kaumnya' yang saat ini menuju perbatasan. "Kami akan bersama-sama menembus perbatasan menuju Inggris," katanya.

Pada bagian lain, terlihat imigran lain berteriak lantang meminta polisi membuka perbatasan. "Kenapa kalian membunuh kami. Kami datang untuk menyelamatkan hidup kami. Di mana hak-hak imigran," teriak lantang para imigran.

Berjam-jam berteriak, suara para imigran pun semakin serak. Namun demikian, polisi tetap tak bergeming. Dengan wajah datar, polisi tetap kokoh menjaga perbatasan, enggan membuka pintu gerbang.

Terorganisir
Seorang juru bicara untuk Eurotunnel mengatakan bahwa upaya imigran mengakses terowongan direncanakan dengan hati-hati dan terorganisi.

Bahkan, yang lebih berbahaya, aksi imigran sudah disusupi oleh kelompok penjahat, yang nantinya akan menjadi pesakitan baru di Inggris.

"Orang ini tidak cuma orang yang ingin tinggal dan bekerja di Inggris. Ada juga para penjahat yang nanti malah melakukan aksi kejahatan di Inggris," tuturnya.

Aksi Pemerintah Inggris
Pemerintah Inggris langsung bereaksi menyikapi insiden ini. Mereka pun menyatakan kalau Inggris bukan negara yang ramah bagi imigran.

Ratu Elizabeth, beberapa waktu, dalam pidatonya menegaskan kalau pemerintah akan mengecek status imigrasi penyewa atau pembeli, sebelum terjadi perjanjian jual beli/sewa.

Imigran yang menyewa atau membeli akan dipersulit, bahkan tidak diperkenankan menyewa properti di Inggris.

Pemerintah Inggris sendiri tidak menyalahkan Prancis dalam kasus ini. Mereka menganggap Prancis juga menjadi korban aksi para imigran. Malah, Inggris mengajak Uni Eropa untuk bersama-sama membantu persoalan ini. Karena sewaktu-waktu insiden serupa juga bisa saja terjadi di negara Eropa lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI