Anggapan banyak kalangan bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sulit terbendung untuk kembali memimpin Jakarta rupanya terbantahkan oleh hasil survei lembaga Indonesian Research & Survey bulan Mei 2016 lalu. Survei menunjukkan pemilih loyal Ahok hanya mencapai 35,5 persen. Sisanya, 14,8 persen, mengaku akan berpindah ke calon lain jika ada yang sesuai harapan.
Salah satu hasilnya, menyimpulkan, dari sebanyak 50,3 persen responden yang memilih Ahok, hanya 35,5 persen yang menyatakan akan tetap memilih Ahok pada Pilkada DKI Jakarta 15 Februari 2017 mendatang. Sementara sebanyak 14,8 persen pemilih Ahok, mengaku pilihannya masih bisa berubah seandainya ada calon yang sesuai harapan mereka.
Data ini merupakan hasil perhitungan komposisi kuat-lemah dari semua calon yang sudah muncul ke publik. Kepada responden yang sebelumnya ditanyai pilihan calonnya, kembali ditanyakan kemungkinan perubahan pilihan mereka.
Hasilnya, komposisi kuat-lemah Ahok sebesar 35,5 persen -14,8 persen (50,3 persen responden), disusul Yusril Ihza Mahendra 8,4 persen- 7,1 persen (15,5 persen responen), Adhyaksa Dault 3 persen - 1,2 persen (4,2 persen responden), Abraham Lunggana 1,8 persen- 2,4 persen (4,2 persen responden), Sandiaga Uno 1,4 persen - 1,9 persen (3,3 persen responden), Tantowi Yahya 0,9 persen - 1,7 persen (2,6 persen responden), dan Sjafrie Sjamsoeddin 0,9 persen - 1,3 persen (2,1 persen respponden).
Sejumlah nama lain yang juga muncul ke permukaaan tidak mendapat pilihan signifikan dari responden. Sebaliknya, ada 13,8 persen responden yang belum menentukan pilihan saat survei digelar antara 9-17 Mei 2016.
Survei dilakukan kepada populasi warga DKI Jakarta di enam wilayah, melibatkan 1.200 responden dengan margin of error lebih kurang 3 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. Metode survei menggunakan multistage random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka responden dengan menggunakan kuisioner. Pewawancara lapangan minimal mahasiswa S1 atau sederajat. Validasi data dilakukan dengan membandingkan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh melalui berbagai riset dan data BPS.
Menurut peneliti senior IRes, Indrayadi, tingkat kepercayaan mencapai 95 persen lantaran hasil wawancara lapangan yang dilakukan para surveyor kembali diricek oleh staf IReS sebagai upaya validasi.
“Adapun perhitungan komposisi kuat-lemah sengaja kami tampilkan karena dinamika politik Pilkada DKI sangat memungkinkan terjadinya perubahan referensi pilihan responden. Biasanya ini tidak dilakukan oleh lembaga survei, sehingga hasilnya bisa tidak akurat seiring waktu,” Indrayadi menjelaskan.
Indra menambahkan ada 53,3 persen responden yang pilihannya (dari semua calon) tak akan goyah, namun ada sebanyak 26,8 persen responden yang masih labil, sementara 19,9 persen tidak menjawab.
“Artinya apa, hampir separuh suara warga DKI masih floating. Anggapan bahwa mayoritas warga DKI akan memilih Ahok, harus dipertanyaan kesahihannya. Hasil dari banyak survey yang sebelumnya memang cenderung menggiring opini bahwa Ahok sulit dilawan,” kata Indra.
Sementara itu, Direktur Riset dan Analisa IReS, Andi Nursaiful, menambahkan, dari pemilih Ahok yang menyatakan pilihannya bisa berubah, umumnya mengaku akan berpindah ke lain hati jika muncul figur yang lebih baik, khususnya sosok yang tegas tapi santun, berpengalaman, humanis dan mementingkan dialog dengan warga, serta memiliki track record yang bersih dari KKN.
“Rupanya pemilih Pak Basuki tidak solid-solid amat pilihannya. Mereka mungkin juga ‘gerah’ dengan gaya Ahok yang dinilai arogan dan kasar, sehingga mereka akan berpindah jika menemukan sosok lain merupakan antitesa dari Ahok. Terlebih dengan sejumlah kasus yang menyeret-nyeret nama Ahok, kepercayaan mereka pudar,” kata Andi Nursaiful.
Artinya, dengan pemilih loyal yang hanya mencapai 35,5%, Ahok mudah untuk dikalahkan jika kelak terjadi pertarungan head to head dengan salah satu kandidat populer, terutama jika Pilkada mencapai dua putaran, sehingga Ahok berhadapan dengan calon yang didukung gabungan pemilih yang sebelumnya mendukung calon penantang Ahok lainnya.
“Syaratnya, kandidat ini haruslah seorang nasionalis religius, tegas tapi santun, berpengalaman dan memahami karakter warga Jakarta, bersih KKN, dan tak kalah penting bisa diterima berbagai kalangan sebagai figur pemersatu yang mampu menjamin keamanan dan kenyamanan ibukota,” tambah Andi.
Survei IReS juga menemukan sejumlah hal menarik seputar Pilkada DKI 2017. Antara lain, tingkat partisipasi politik warga DKI tergolong sangat tinggi. Sebanyak 97,2 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya, dan hanya 0,5 persen responden yang mengaku golput alias tidak akan memilih. Sisanya, 2,3 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
Hasil menarik lainnya, sebanyak 37,8 responden merindukan pemimpin dengan karakter Nasionalis-Religius, sementara 34,0% responden menginginkan pemimpin Nasionalis-Pancasilais.
IReS adalah lembaga survei independen yang berada di bawah payung Dharmapena Group.
Sebagai tambahan informasi, menjelang pembentukan Kabinet Kerja pada 2014, IReS juga menggelar survei tentang calon-calon menteri. Hasil survei itu hanya meleset sedikit dari susunan kabinet yang resmi diumumkan oleh Presiden terpilih Joko Widodo.