”Super marathon: Indonesia-Arab; Arab-Malaysia; Malaysia-Arab,” tulis mas try karo-karo.
Akun Dayat Zonday melontarkan lelucon lain mengenai Rizieq yang tak pulang-pulang: “Biar lebih bersyariah, sebutnya jangan ‘kabur’ tapi ‘hijrah’,” tuturnya.
Meme maupun lelucon mengenai Habib Rizieq terbilang laris menjadi viral di jejaring media sosial. Bahkan, sampai-sampai ada yang membuatkan laman khusus di Facebook yang memparodikan sang Habib, yakni "Anda Bertanya Habib Rizieq Menjawab."
Mengapa Rizieq beserta lika-liku kehidupan plus kasusnya laris manis menjadi humor atau lelucon, terutama di media-media sosial?
Fuad Hasan, mantan Menteri Pendidikan era Orde Baru sekaligus dikenal sebagai filsuf, pada tulisan "Humor dan Kepribadian" (1981), tampaknya bisa memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
“Humor bisa jadi pada dasarnya berupa tindakan agresif yang dimaksudkan untuk melakukan degradasi terhadap seseorang. Tapi, humor juga bisa sebagai tindakan untuk melampiaskan perasaan tertekan melalui cara yang ringan dan dapat dimengerti, dengan akibat kendornya ketegangan jiwa,” tulisnya.
Bisa jadi, ketika beragam ketegangan lantaran isu aksi intoleransi, meme-meme berisi diskriminasi berdasarkan SARA begitu berjubel beberapa waktu terakhir, membuat banyak warganet mencoba rileks dengan menjadikan kasus serius sebagai lelucon.