Suara.com - Asrofi (21) merupakan pemuda yang fotonya viral di media sosial beberapa hari terakhir. Dia dibicarakan banyak orang yang mengagumi perjuangannya mencari kerja lewat mempromosikan diri di jembatan penyeberangan orang daerah Grogol, Jakarta Barat.
Berkat usahanya, ada banyak sekali tawaran pekerjaan yang datang ke pemuda asal Kebumen, Jawa Tengah, yang mempunyai lima saudara itu. Sayangnya, dia kurang minat dengan tawan karena sebenarnya yang dia cari adalah pekerjaan part time.
Tapi tidak apa-apa karena belum ada yang cocok, dia tetap bersyukur dan berusaha.
Asrofi berasal dari keluarga yang sederhana. ibunya dulu sebagai petani, bapak bekerja sebagai tukang bangunan. Ibunya saat ini sedang menderita penyakit tumor otak.
"Ibu saya sekarang sakit, sakit tumor otak. Dari tahun 2008 mulai sakit. Dan tahun 2012 udah operasi, nggak bisa lihat dan lumpuh. Sampai 2014 nggak bisa lihat, tapi bisa jalan, tapi agak kaku, dan kita ada pakai BPJS," ujar Asrofi ketika ditemui Suara.com di depan kantor PT. Vektordaya Mekatrika, Jakarta Pusat.
Pendidikan terakhir Asrofi yaitu SMK. Tetapi pemuda ini memiliki niat untuk lanjut kuliah di Jakarta.
"Pendidikan terakhir SMK, aku juga pengin kuliah lho. Jadi beruntung orang-orang yang bisa kuliah, dibiayain orang tua harus lebih semangat lagi. Aku nggak ada biaya kuliah, tapi aku pengin cari," ujar Asrofi.
Di Jakarta, Asrofi tinggal di rumah kos bersama temannya yang juga anak rantau dari Semarang.
"Di sini tinggal sama teman perantauan dari Semarang. Kenalnya juga belum lama. Ngekosnya bareng,"ujar Asrofi.
Asrofi kemudian menceritakan kenapa ia memilih bekerja di Jakarta.
"Kerja di Jakarta mungkin takdir kali ya. Aku nggak ada niatan. Dulu tahun 2008 ibu aku sakit, sakit tumor otak. Jadi sebaik mungkin nyari kerja jangan yang jauh-jauhlah. Aku penginnya kalau nggak Yogyakarta, Semarang, atau nggak di Surabaya," ujarnya
"Tapi nggak tahu kenapa aku lulus SMK, kemudian aku mendapatkan lowongan kerja di Jakarta. Aku sudah minta izin orangtua. Pertamanya dilarang ama papa aku, kenapa sih harus kerja di restoran. Kalau di rumah kerjanya di pabrik, itu menjadi kebanggaan kalau di kampung," Asrofi menambahkan.
Selama di Jakarta, pemuda ini sudah melewati banyak pengalaman di dunia kerja.
"Bulan April 2016 ke Jakartanya, saya sampai nggak ikut reunian di sekolah. Saya juga bulan Januari 2017 baru ambil Ijasah. Saya kerja di restoran nggak pakai Ijazah sih, yang penting SKL. Dulunya saya kerja 12 jam di restoran dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi. Restorannya itu di Senayan, makanan Medan. Dan saya juga pernah dipindah ke cabang Mall Emporium, Pluit, Penjaringan," ujar Asrofi.
Asrofi pernah bekerja sebagai feelance make up. Dia teringat honornya Rp50 ribu. Tak betah, Asrofi mencari kerja lagi dan dia dapat pekerjaan di pabrik sabun muka,
Asrofi juga pernah bekerja sebagai penjaga tempat parkir kendaraan di dekat Bappenas tiap hari sabtu. Ia dan temannya berencana untuk bekerja di situ. Tetapi temannya tidak berani dan mungkin merasa malu. Pada akhirnya ia melakukannya sendiri. Saat malam sekitar Maghrib. Tetapi pekerjaan sebagai penjaga ia lakukan cuma satu hari itu saja.
Kadi konsultan bisnis.
Ia menuturkan pekerjaan sebagai konsultan bisnis penghasilannya melalui sistem target.
"Nggak digaji. Karena itu sistemnya target. Kalau kita dapat new investor baru dapat gaji. Gaji pokok ada cuma Rp2 juta, itu juga harus ada janjian minimal dapat 2 klien. Aku aja 1 minggu baru dapat 1 klien," ujar Asrofi.
Dia menyampaikan niat ingin kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana.
"Dulunya aku nggak suka komunikasi, aku pendiam. Tapi dulunya nggak bisa, tapi ini malah menjadi kelebihan aku,"ujarnya.
Asrofi datang ke Jakarta untuk mengejar mimpi.
"Dari kampung ke Jakarta tujuan aku apa. Aku hanya pengin kerja sambil kuliah. Ada dua pilihan, misalkan ada part time aku ambil sabtu minggu. Misalkan ada yang nawarin mungkin senin sampai sabtu kerja, gak apa-apa aku terima. Yang penting aku diberi kelonggran untuk aku bisa kuliah dan gajinya cukup untuk kuliah, itu aja sih," tuturnya.
"Dulunya cerita kuliah cuma ditertawain orangtua. Orangtua juga bilang mereka udah nggak ada biaya dan sudah nggak bisa biayain kamu lagi. Ya udah aku yakin, kalau aku bisa jalan, mau, niat, ya pasti ada lah. Banyak kok yang sambil kuliah dan kerja," Asrofi menambahkan. [Yunita]