"Semua yang markir sudah jarang yang kerja mas. Kalau ada baru kerja jarang kerja semua. Sembari berusaha cari kerja ya markir kami," kata Joko.
Joko mengaku akan sangat senang kalau keberadaan Pak Ogah diakui.
"Ya, kita kan nggak tau peraturannya bagaimana mas. Polisi libatkan semua nggak (Juru parkir). Ya, lebih baik kami dipantau saja sama polisi. Kalau digaji ya bersyukur kami. Dapat penghasilan dari sini aja nggak apa - apa," ujar Joko.
Pak Ogah lainnya, Ahmad (29), juga mengapresiasi rencana polisi memberdayakan Pak Ogah.
"Ya, kami bersyukur dengarnya. Kami diperhatikan juga. Semoga terlaksana," kata lelaki yang sudah tiga tahun menjadi Pak Ogah.
Penghasilan dari membantu memarkirkan mobil, bagi Ahmad sudah cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga Ahmad mengaku bisa membawa pulang Rp70 ribu setiap hari.
Ahmad mengatakan tugas Pak Ogah sebenarnya meringankan beban polisi lalu lintas.
"Ini kan kami kerja juga mas ya bantu polisi, ngurai kemacetan. Ya, untuk mendapatkan imbalan ya kami bersyukur dari pengendara mobil mau kasih atau tidak nggak masalah," ujar Ahmad.
Masih dibahas
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Halim Pagarra mengatakan wacana ini sedang dibahas.
"Menggunakan Supertas, sukarelawan pengatur lalu lintas, itu program yang akan dibicarakan, dipresentasi. Nanti dia akan pakai seragam," kata Halim di Polda Metro Jaya, Jumat (21/7/2017).
Supertas akan ditempatkan ke beberapa titik yang paling rawan macet. Mereka akan diberi seragam khusus untuk mengenali fungsi mereka.
Bagaimana dengan honor supertas? Halim mengatakan polisi akan bekerjasama dengan perusahaan swasta dengan memanfaatkan dana company social responsibility.
"Itu kita minta beberapa perusahaan untuk menggaji dia, melalui CSR itu, nanti kita minta untuk (memberi upah) pengatur lalu lintas," kata dia.