Sumartin punya banyak cerita dan sering dibagikan ke penghuni panti. Mulai dari pengalaman dia hidup di zaman penjajahan, cara dia bertahan hidup, kecintaannya pada seni tari, dan lain-lain.
“Dulu zaman penjajahan sering dengar (suara) tembakan. Kalau sudah seperti itu, saya lari ke hutan,” tutur Sumartin.
Tapi, Sumartin tidak pernah mau cerita soal keluarga.
Petugas panti pun sampai sekarang belum tahu darimana dia. Padahal, petugas ingin tahu juga agar nanti bisa menghubungi keluarga Sumartin.
“Kalau dari infonya, kemungkinan besar dari daerah Jateng atau Yogya. Tetapi, dia kalau ngobrol jarang menyinggung keluarganya, suami atau anaknya,” kata Aas.
Sumartin tinggal di panti bersama 200 lansia. (Handita Fajaresta)