Cerita Mereka yang Stres dan Mengeluh Usai Alexis Ditutup

Rabu, 28 Maret 2018 | 16:33 WIB
Cerita Mereka yang Stres dan Mengeluh Usai Alexis Ditutup
Spanduk besar berisi permohonan maaf dan pernyataan tak lagi beroperasi, dipasang di depan Hotel Alexis, Jalan RE Martadinata No 1, Jakarta Utara, Rabu (28/3/2018). [Suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pria paruh baya yang tengah mengayuh sepeda tersebut sebelumnya berjualan berbagai macam aksesoris memakai gerobak di kawasan‎ Alexis. Pelanggannya karyawan Alexis, dan rata-rata perempuan.

"Bagaimana pun, banyak orang yang hidup dari sini (Alexis). ‎Coba lihat orang itu, dia sudah kayak orang stres. Dia kemarin jualan aksesoris pakai gerobak yang mangkal di sini, tapi sekarang dia bingung soalnya nggak ada lagi pelanggannya," ujar dia.

Berdasarkan keputusan Gubernur DKI Anies Baswedan, seluruh unit usaha mereka di bawah bendera ”Alexis” harus ditutup untuk selamanya mulai Rabu hari ini.

TDUP perusahaan itu dicabut pemprov, lantaran terbukti melakukan praktik prostitusi dan perdagangan manusia.

Karenanya, Anies tak ambil pusing soal nasib ribuan karyawan Alexis setelah tempat kerja mereka ditutup selamanya.

"Saya ingin menggaris bawahi, ini pelanggaran yang dilakukan dan diketahui semua yang bekerja di situ," ujar Anies di kantor Wali Kota Jakarta Utara, Jalan Yos Sudarso, Jakarta.

Anies mengakui, sebelum memutuskan untuk mencabut TDUP perusahaan itu, pemprov tak memikirkan nasib pekerja Alexis.

Menurutnya, nasib pekerja Alexis bukanlah persoalan pemprov. Apalagi, para pekerja diklaimnya mengetahui pelanggaran-pelanggaran di tempat mereka bekerja. Dengan kata lain, para pekerja melakukan pembiaran.

"Saya ulangi, semua yang bekerja di situ tahu bahwa ada pelanggaran. Jadi jangan memberikan kesan tidak tahu, lalu jadi korban. Ini pelanggaran semua ramai-ramai pelanggaran," tegasnya.

Baca Juga: Beda Peluang Anies dan Jokowi di Pilpres 2019 Menurut Demokrat

Karenanya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengingatkan, pekerja Alexis tentu sudah masak-masak memikirkan dan berani menanggung risiko ketika memutuskan bekerja di sana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI