Veronica Koman Diancam Dibunuh: Karena Mereka Tahu Saya Benar soal Papua

Jum'at, 04 Oktober 2019 | 15:36 WIB
Veronica Koman Diancam Dibunuh: Karena Mereka Tahu Saya Benar soal Papua
Veronica Koman, pengacara sekaligus aktivis HAM yang kekinian diburu Polri dan pemerintah Indonesia. [SBS News]

Suara.com - Pengacara cum aktivis HAM Veronica Koman, yang ditetapkan sebagai buronan oleh Polri dan diajukan masuk daftar red notice Interpol, memberikan sejumlah pernyataan kepada media asing.

Veronica yang kekinian berstatus pengungsi politik di Australia setelah paspornya dicabut pemerintah Indonesia, mengungkapkan banyak teror dan ancaman terhadap dirinya dan keluarga.

Beragam ancaman tersebut terjadi setelah ia bergiat mengungkap banyak hal mengenai situasi di Papua, yang selama ini jarang atau tak bisa ditampilkan pada media-media massa Indonesia.

Hal itu diungkapkan Veronica saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan kantor berita Australia, SBS News.

Dalam wawancara tersebut, Veronica Koman mengatakan menerima ancaman pemerkosaan dan pembunuhan setiap hari, seiring dengan memanasnya situasi di Papua dan Indonesia.

SBS News, Kamis (3/10/2019), menyebutkan, pengacara HAM yang disegani di Indonesia itu kekinian tinggal di Australia.

Mama Yosepa Alomang, pejuang hak asasi manusia Papua, bersama pengacara Aliansi Mahasiswa Papua Veronica Koman. [Jubi]
Mama Yosepa Alomang, pejuang hak asasi manusia Papua, bersama pengacara Aliansi Mahasiswa Papua Veronica Koman. [Jubi]

Veronica masih dikejar-kejar oleh aparat Polri karena menyebarkan bukti-bukti pasukan keamanan melakukan kekerasan di Papua dan Papua Barat.

"Saya mulai menerima ancaman pembunuhan sejak dua tahun lalu, dan sekarang, menerima ancaman pembunuhan serta pemerkosaan di media sosial itu rasanya hampir seperti pengalaman sehari-hari," kata perempuan 31 tahun itu kepada SBS News.

"Mereka mencoba membunuh si pembawa pesan. Mereka tidak bisa menyangkal data saya, semua rekamannya, mereka tidak bisa membuktikan itu salah, sehingga mereka berusaha menghancurkan kredibilitas saya."

Baca Juga: Generasi Papua Muda Inspiratif Temui Moeldoko

Veronica Koman, dikutip dari SBS News, mulai terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat sejak 2014.

Persisnya, setelah lima demonstran Papua tewas dan 17 lainnya terluka akibat ulah pasukan militer Indonesia dalam tragedi yang dikenal sebagai peristiwa Paniai Berdarah.

"Saya berpikir pada saat itu... wow, kok tidak ada reaksi kemarahan? Anak-anak sekolah dibunuh oleh pasukan keamanan,'" katanya.

"Sudah menjadi misi pribadi saya untuk mengekspose apa yang terjadi di Papua Barat."

Pekan lalu, salah satu kerusuhan yang melibatkan pertumpahan darah selama 20 tahun belakangan terjadi lagi di Papua dan Papua Barat, dengan setidaknya 33 orang tewas di pusat kota Wamena.

Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung dalam Komite Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme Dan Militerisme melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (28/8). [Suara.com/Arya Manggala]
Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung dalam Komite Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme Dan Militerisme melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (28/8). [Suara.com/Arya Manggala]

Cuplikan dari insiden tersebut, yang diperoleh SBS News, menunjukkan pasukan Indonesia melepaskan tembakan ketika para siswa SMA di Papua menggelar aksi unjuk rasa anti-rasisme.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI