Pertama dalam Sejarah RI, Pengibaran Merah Putih Diinisiasi Transpuan

Siswanto Suara.Com
Minggu, 16 Agustus 2020 | 15:27 WIB
Pertama dalam Sejarah RI, Pengibaran Merah Putih Diinisiasi Transpuan
Ilustrasi bendera merah putih
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengibaran Sang Merah Putih untuk pertama kalinya di Indonesia yang diinisiasi kelompok transpuan dilaksanakan di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur.

Pengibaran Merah Putih pernah dilakukan transpuan di sejumlah wilayah Indonesia. Namun, baru kali ini penyelenggaranya kelompok transpuan.

“Kegiatan ini akan dilaksanakan 17 Agustus 2020, di Lapangan Karya Misi, Kota Maumere, NTT, mulai pukul 09.00 pagi (Waktu Indonesia Tengah),” kata Ketua Fajar Sikka, Hendrika Mayora Victoria, dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Minggu (16/8/2020).

Kegiatan ini akan melibatkan masyarakat umum, khususnya dari kelompok marjinal. Semua yang ikut serta akan menggunakan pakaian adat.

“Pengibaran Merah Putih ini diikuti juga oleh keluarga dan kelompok minoritas lainya, mama-mama janda dan keluarga dari transpuan,” kata Mayora.

Di tengah pandemi, kegiatan ini akan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

“Semua protokoler kesehatan wajib bermasker. Tidak bersalaman dan menjaga jarak fisik selama kegiatan berlangsung,” katanya.

Kota Maumere yang ramah transpuan

Kegiatan pengibaran bendera pada peringatan HUT ke-75 RI dilaksanakan di Maumere, tak lepas dari kota ini yang ramah terhadap perbedaan.

Baca Juga: Ancol Siapkan Pengibaran Bendera Merah Putih di Dalam Air

Saat ini, kelompok transpuan di Fajar Sikka dapat menjalani hidup dan kehidupan dengan cara berinklusi dengan masyarakat Kota Maumere.

“Maumere telah menjadi kota yang aman dan ramah terhadap transpuan, di mana transpuan dilibatkan dalam kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan pemerintah daerah dalam mengentaskan kemiskinan dan membantu kelompok marjinal untuk mandiri secara ekonomi,” kata Mayora.

Namun, tak seluruh wilayah di Indonesia, kelompok transpuan mendapat tempat seperti di Maumere. Di sejumlah daerah lain, misalnya, masih terdapat aksi diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok marjinal ini.

“Kami berharap masyarakat maupun pemerintah tidak melihat transpuan dengan sebelah mata. Bahwa kami, di mana pun, transpuan tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan yang lainnya,” kata Mayora

Apa makna kemerdekaan untuk transpuan?

Transpuan masih menjadi salah satu kelompok yang paling rentan dengan diskriminasi, persekusi dan kekerasan meskipun Indonesia telah memasuki usia 75 tahun kemerdekaan. Semestinya di usia tiga perempat abad ini, segenap masyarakat dan pemerintahan menandainya sebagai kedewasaan berdemokrasi, kebebasan berekspresi, berkumpul dan berpendapat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI