Kesakralan momen tersebut diklaim akan hilang jika wisuda digelar melalui daring atau online.
"Bagi seluruh mahasiswa, wisuda bukan hanya sebuah seremonial biasa, tapi hal tersebut merupakan bentuk dari pencapaian selama 4 tahun mengenyam bangku perkuliahan," lanjutnya.
Beberapa mahasiswa UIN Malang yang menandatangani petisi tersebut sepakat agar pihak kampus menggelar wisuda offline. Bahkan, mereka mengaku siap menunggu hingga pandemi Covid-19 selesai demi bisa wisuda offline.
"Saya kuliah empat tahun penelitian langsung, presentasi langsung, eh sudah lulus perayaan online. Ya enggak setuju to," ujar seorang mahasiswa.
"Tidak setuju dengan wisuda online dikarenakan sangat tidak etis dan sangat menyakitkan batin. Mengejar lulus dengan penuh pengorbanan apapun itu tapi malah wisuda online bakal melukai hati semua orang juga," ungkap mahasiswa lainnya.
Selain UIN Malang, sejumlah kampus lain juga membuat petisi serupa menolak digelarnya wisuda online. Kampus-kampus tersebut antara lain Universitas Lampung dan UIN Raden Fatah Palembang.
Petisi tersebut langsung ramai menjadi perbincangan publik. Sejumlah akun di media sosial membagikan ulang petisi tersebut, salah satunya akun Twitter @bar*********r.
Banyak warganet yang mengecam aksi para mahasiswa tersebut lantaran mengabaikan masalah serius nekat menginginkan wisuda offline di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi.
"Sakral sakral, mana yang lebih hilang kesakranlannya? Wisuda online atau pemakaman korban Covid?" kata seorang warganet.
Baca Juga: Menteri Terawan Tak Kunjung Datang, Najwa Shihab Wawancarai Kursi Kosong
"Mereka enggak merasakan gimana dibalik rencana wisuda online itu ada teman-teman yang mati-matian enggak tidur kejar deadline sama dosen buat atur visual dan segala macam lainnya tentang wisuda," ujar warganet lain.