Inspiratif, Empat Seniman Ini Tempuh Cara Unik Atasi Krisis Sosial Ekologi

Erick Tanjung Suara.Com
Selasa, 01 Desember 2020 | 10:09 WIB
Inspiratif, Empat Seniman Ini Tempuh Cara Unik Atasi Krisis Sosial Ekologi
Kegiatan belajar tari di Sawah Art Space milik Slamet Diharjo di Banyuwangi, Jawa Timur. (Dok. Slamet Diharjo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Slamet Diharjo, seniman tari di Banyuwangi, Jawa Timur yang memilih menjadikan lahan sawah warisan dari ibunya menjadi sanggar seni, Sawah Art Space. Tempat itu digunakan lulusan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya tersebut sebagai ruang belajar seni budaya bagi anak-anak dan pemuda kampung.

Slamet tumbuh di Desa Kemiren yang ditetapkan oleh Gubenur Jawa Timur sebagai Desa Wisata Adat Osing pada 1995. Desa tersebut dihuni masyarakat adat Banyuwangi, suku Osing.

Sebelum membuka Sawah Art Space mulanya ia terinspirasi dari sanggar lain di Banyuwangi, yaitu mengajar tari kepada anak-anak dengan membayar pendaftaran.

“Misalnya per anak itu Rp5 ribu, tapi di desa saya itu nggak bisa, nggak tercapai sampai Rp100 ribu, akhirnya saya sadar apa arti uang itu bagi saya,” katanya.

Akhirnya Syamsul memilih mendirikan Sawah Art Space yang semata-mata untuk membentuk komunitas seni dan mengajar anak-anak di desanya berkesenian dengan gratis. Ia beruntung ada sekitar 30 seniman di Banyuwangi yang bersedia ikut dengannya melakukan kesenian tanpa pamrih.

Mereka terlibat dalam kegiatan di Sawah Art Space dan mengajar generasi muda seni tradisi.

“Lambat laun pada 2018 saya mendirikan Sawah Art Space dan akhirnya bermanfaat lewat dukungan dari teman-teman,” ucapnya.

Mila Rosinta Totoatmojo adalah penari profesional pemilik Mila Art Dance di Yogyakarta sejak 2012. Pada 2015 ia membuka Mila Art Dance School yang kini sudah mengajar lebih 3 ribu siswa untuk beragam genre tari.

Yang menarik, Mila membuka workshop khusus tari inklusi untuk kaum difabel. Itu pekerjaan tidak mudah yang membutuhkan persiapan yang matang.

Baca Juga: Seniman Wayang Uwuh: Berkarya dan Peduli Lingkungan di Tengah Pandemi

“Saya meyakini siapa pun berhak untuk menari, siapa pun bisa menari, dan siapa pun bisa mengejar mimpinya,” kata lulusan pascasarjana penciptaan seni tari ISI Yogyakarta tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI