Sejarah Barongsai, Sang Pengusir Roh Jahat yang Membawa Keberuntungan

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 12 Februari 2021 | 14:49 WIB
Sejarah Barongsai, Sang Pengusir Roh Jahat yang Membawa Keberuntungan
Sejumlah seniman beraksi memainkan barongsai saat berlangsungnya Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (26/1). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Legenda lain menyebutkan pada masa sebelum Dinasti Han (202 SM – 220 M) hanya ada beberapa singa yang mencapai dataran tengah dari wilayah barat Cina (sekarang wilayah Xinjiang) saat aktivitas perdagangan.

Saat itu warga lokal menirukan penampilan dan tindakan singa yang dijadikan pertunjukan. Kebiasaan ini berkembang menjadi barongsai.

Jenis-jenis Barongsai

Perayaan barongsai sambut Tahun Baru Imlek di Kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah [Antara/Maulana Surya]
Perayaan barongsai sambut Tahun Baru Imlek di Kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah [Antara/Maulana Surya]

Barongsai makin populer sejak berkembangnya agama Buddha di seluruh dunia. Kelompok-kelompok barongsai mulai muncul sekaligus perguruan kungfu.  

Secara umum ada dua jenis barongsai, yaitu singa utara dan singa selatan. Singa utara bersurai ikal dan berkaki empat. Penampilannya alami, lincah, penuh dinamika, dan mirip singa.

Sementara singa selatan memiliki sisik dan jumlah kaki antara dua hingga empat. Kepalanya juga dilengkapi tanduk. Gerakannya pun lebih keras dan melonjak-lonjak.

Meski gerakan keduanya sedikit berbeda, ada satu gerakan wajib yakni singa memakan amplop berisi uang. Amplop itu disertai selada air sebagai hadiah bagi sang singa.

Warna-warna kostum barongsai pun tak sembarangan. Kostum kuning melambangkan bumi (pusat), hitam melambangkan air (utara), hijau melambangkan kayu (timur), merah melambangkan api (selatan), dan putih melambangkan logam (barat).

Tanduk di kepala barongsai melambangkan kehidupan serta regenarasi. Unsur ini mewakili perempuan. Telinga dan ekor mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan. Tulang belakang menjadi simbol kepribadian dan kekayaan.

Baca Juga: Live Streaming: Perayaan Imlek di Vihara Dharma Bhakti Jakarta

Jenggot yang menyerupai naga melambangkan maskulinitas dan kepemimpinan yang mewakili laki-laki. Terakhir, punuk di belakang kepala mirip kura-kura melambangkan umur panjang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI