Suara.com - Insiden langka dan dramatis terjadi di Laut Cina Selatan, tepatnya di sekitar wilayah sengketa Scarborough Shoal. Dua kapal China, sebuah kapal Penjaga Pantai dan sebuah kapal perusak berpeluru kendali milik Angkatan Laut, bertabrakan saat sedang mengejar kapal patroli Filipina.
Meskipun diklaim tabrakan ini sebagai insiden ringan, sejumlah pakar sepakat tabrakan ini 'menyelamatkan' China dari konsekuensi yang jauh lebih buruk.
Video yang dirilis oleh Penjaga Pantai Filipina secara jelas menunjukkan kapal Penjaga Pantai China mengalami kerusakan parah di bagian haluan setelah menabrak kapal perusak Angkatan Laut Pembebasan Rakyat (PLA Navy).
Menurut Komodor Jay Tarriela dari Penjaga Pantai Filipina, insiden ini terjadi pada Senin, 12 Agustus 2025, saat personelnya sedang mendistribusikan bantuan kepada nelayan Filipina di dekat Scarborough Shoal.
Dikutip via CNN, kapal Penjaga Pantai China (CCG) mengejar kapal Penjaga Pantai Filipina, BRP Suluan, dengan "kecepatan tinggi" ketika insiden itu terjadi.
Kapal angkatan laut China, destroyer berpeluru kendali Guilin dengan nomor lambung 164, kemudian melakukan manuver berisiko yang akhirnya menabrak haluan kapal CCG 3104, menyebabkan kerusakan yang signifikan dan membuat kapal tersebut rusak berat dan terancam pensiun dini.
Dalam rekaman video yang beredar menunjukkan momen saat kapal destroyer PLA Navy, Guilin, yang merupakan kapal canggih seberat 7.500 ton menabrak kapal CCG 3104.
Pada saat benturan terjadi, setidaknya tiga personel Penjaga Pantai China terlihat berada di haluan kapal, namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa.
Insiden ini menjadi "pukulan telak" bagi militer China, terutama karena melibatkan sebuah kapal perusak berpeluru kendali yang sangat canggih.
Baca Juga: Sinopsis Dun Huang Ying Xiong, Film China Dibintangi Lu Liang dan Zhang Yu
Menurut Ray Powell, seorang ahli Laut Cina Selatan dan Direktur SeaLight, tabrakan ini bisa saja menjadi bencana.
"Kapal perusak PLA bisa saja menabrak kapal Penjaga Pantai Filipina yang jauh lebih kecil. Ini hampir pasti akan mengakibatkan cedera dan kematian, bahkan menenggelamkan kapal Filipina," katanya, dikutip via CNN.
Skenario tersebut, menurutnya, akan memicu krisis besar, mengingat Filipina adalah sekutu pertahanan Amerika Serikat. Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., pernah menyatakan bahwa kematian pelaut Filipina dalam insiden semacam ini bisa dianggap sebagai "tindakan perang."
Keterlibatan kapal destroyer Guilin, yang baru ditugaskan pada tahun 2021, dianggap sangat tidak biasa dan "berlebihan." Para analis mencatat bahwa kapal-kapal PLA Navy biasanya beroperasi di luar cakrawala dan hanya bertindak sebagai cadangan untuk kapal-kapal Penjaga Pantai.
Namun, dalam insiden ini, Guilin terlibat langsung dalam pengejaran. Carl Schuster, mantan kapten Angkatan Laut AS, menganalisis bahwa kapal-kapal China mencoba "menjepit kapal Filipina di antara mereka," memaksa kapal itu terkena semburan meriam air dari jarak dekat. Namun, manuver yang rumit ini membutuhkan banyak latihan dan koordinasi, yang tampaknya tidak dimiliki oleh kru China dalam insiden tersebut.
Sengketa Wilayah Wilayah Asia Tenggara