Menurut rumor, 5G dikatakan menyebarkan virus corona secara langsung. Faktanya, virus corona menyebar melalui tetesan pernapasan, bukan jaringan nirkabel.
Beberapa rumor mengklaim bahwa 5G menekan sistem kekebalan manusia dan meningkatkan risiko tertular SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19. Tapi ini juga salah. Tidak ada bukti bahwa EMF atau 5G memengaruhi risiko Anda terkena infeksi virus.
Namun meski sudah dibantah oleh otoritas kesehatan, nyatanya konspirasi ini masih terus menyebar. Bahkan tahun lalu, sempat terjadi beberapa insiden pembakaran tower 5G di negara-negara Eropa hingga pegawai operator yang sedang memasang kabel fiber optic mendapat ancaman dari publik akibat mitos ini.
3. Teknologi 5G Sebabkan Luka Bakar?
Salah satu kabar yang beredar adalah teknologi 5G dapat menyebabkan luka bakar. Menurut WHO, ponsel menggunakan frekuensi 1,8 hingga 2,2 GHz dapat menyebabkan pemanasan jaringan, menurut WHO.
Pemanasan jaringan terjadi ketika kulit menyerap energi elektromagnetik. Ini menyebabkan sedikit peningkatan suhu di otak dan tubuh sehingga dapat memicu terjadinya luka bakar.
Namun, pemanasan jaringan dianggap jangka pendek dan minimal. Komisi Komunikasi Federal (FCC) juga menyatakan bahwa masyarakat terpapar frekuensi EMF yang sangat rendah. Tingkat ini terlalu rendah untuk menyebabkan pemanasan jaringan yang cukup besar.
Profesor bioteknologi di Pennsylvania State University, Kenneth Foster menjelaskan bahwa energi frekuensi bahaya 5G memang bisa menyebabkan luka bakar atau kerusakan termal lainnya. Namun, potensi berbahaya itu hanya muncul jika manusia berada di dekat pemancar frekuensi radio berdaya tinggi.
Baca Juga: 4 Fakta Comeback EXO Don't Fight The Feeling, Partisipasi Mengejutkan Lay