
"Ada solusi gak gais?," tanya sang sender bingung.
Sontak, warganet beramai-ramai mengomentari curhatan sender ini. Mereka memberikan saran hingga menceritakan pengalaman pribadi mereka saat menemui orang-orang terdekat tidak percaya Covid-19.
"Coba hape bokap lu diganti bahasanya jadi bahasa Rusia, biar kaga maenan HP lagi," saran warganet.
"Loh. Emangnya organ tubuh pasien yang meninggak karena COVID-19 bisa dijual? Kan udah kena virus imun tubuhnya. Gk habis thinking sama pikiran orang-orang kek gitu," komen warganet.
"Heran ya sama orang-orang tuh. Namanya juga rumah sakit jir, orang sakit dibawa rumah sakit, meninggalnya ya di rumah sakit. Besok-besok orang sakit bawa aja ke sawah, ntar juga meninggalnya di sawah. Kalau ortumu baca yang begituan coba langsung tunjukin aja bukti yang membantah statement2 gajelas begitu," saran warganet.
"Tadi juga pas beli sapu denger pembicaraan soal copid di warung. Bapak-bapaknya nongki, gak make masker terus bilang dengan nada marah 'Ngappain coba di Jakarta masjid ditutupin sementara, padahal mending juga mati berjamaah daripada sendirian. Gue kaya, pengen gebukin bapanya make sapu," curhat warganet.
"Manusia ngetik kaya gaada pertanggungjawaban di akhirat. Giring opini semau pikirannya. Mungkin dia belum tahu ranah medis dan kesehatan, gak tahu di lapangan gimana. Padahal orang medis juga gak mau kaya gitu kalau bukan prosedurnya. Siapa yang mau orang meninggal? Kita semua mau sehat dan pasien sembuh," tulis warganet.
"Susah nder kalo orang udah terprovokasi, mau diapain aja udah susah gabakalan percaya kecuali sekitar dia ada yang meninggal karena covid. Ortuku gitu, dulu gak terlalu percaya sekarang percaya banget karena tetangga pada meninggal satu satu bahkan sekeluarga ada langsung meninggal 2.2 nya," curhat warganet.
Baca Juga: Rekor Baru! Kasus Covid-19 di Klaten Terus Melonjak, 666 Orang Terpapar dalam Sehari