"Mereka takut keluar rumah. Sekarang mereka mencari cara keluar dari Afganistan, karena keluarga saya tidak merasa aman di sana," kata Azis.
Selama beberapa dekade, minoritas memang telah menjadi sasaran serangan kelompok militan, termasuk Taliban dan ISIS, karena keyakinan agama mereka.
Tidak punya banyak harapan
Sebagian besar Hazara adalah Muslim Syiah, yang dibenci oleh kelompok garis keras Sunni seperti Taliban.
Mereka telah menghadapi penganiayaan dan kekerasan selama beberapa dekade, termasuk serangan baru-baru ini terhadap rumah sakit bersalin dan sekolah-sekolah perempuan.
Terlepas dari jaminan Taliban bahwa mereka telah berubah sejak masa pemerintahan terakhir mereka, Azis tetap khawatir tentang situasi di negaranya.
Di era pemerintahan Taliban tahun 1990an, olahraga dan musik dilarang, dan tidak ada kebebasan bagi perempuan seperti yang dinikmati perempuan Afghanistan dalam 20 tahun terakhir.
"Saya tidak tahu bagaimana masa depan sepak bola di Afganistan. Bagaimana nasib perempuan, dan olahraga? Dan bagaimana dengan perempuan yang ingin sekolah?" katanya.
Ia lantas menambahkan, "Saya berharap Afganistan akan menjadi lebih baik, tapi saya tidak punya banyak harapan."
Baca Juga: Eks Bintang Porno Mia Khalifa Bongkar CIA Biayai Taliban Kuasai Afghanistan