Pada akhir 2015, ia mengambil pekerjaan menjadi penyiar Turki TRT dan pindah ke Istanbul. Hassona sebelumnya bekerja di berbagai outlet berita Palestina, termasuk 11 bulan sebagai editor utama Dooz News, portal berita yang dijalankan oleh DW Academy, German Society for International Cooperation (GIZ), dan University of Nablus.
Hassona sempat mengunjungi tanah airnya pada Agustus 2019, tetapi dicegah meninggalkan wilayah itu di sebuah pos pemeriksaan Israel "untuk alasan keamanan." Badan intelijen Israel memberlakukan larangan tersebut.
Sejak itu, dia terjebak di Tepi Barat — tetapi dia terus melakukan apa yang selalu dia lakukan, bekerja sebagai jurnalis. Pada Juni 2021, kritikus terkenal Palestina Nizar Banat tewas saat berada dalam tahanan polisi Palestina.
Kerabatnya berpendapat bahwa dia dipukuli sampai mati oleh pasukan keamanan Palestina. Ketika Majdoleen Hassona meliput cerita dan melaporkan protes setelah kematian Nizar Banat, pasukan Palestina juga memukulinya. Dia dianugerahi Penghargaan Kebebasan Pers tahun ini dalam kategori "Kemerdekaan".
Dalam pernyataan awal, dia mengaku senang menerima penghargaan tersebut. "Penghargaan Kebebasan sangat berarti bagi saya,” katanya kepada DW, "karena penghargaan ini tidak diberikan kepada jurnalis mana pun, tetapi kepada setiap jurnalis yang telah mengalami pembatasan kebebasan pers, dan mereka layak untuk menjalankan pekerjaannya dan hidup mereka dengan bebas." (ha/yf
