Pria Ini Ungkap Bagaimana Rasanya Ditangkap dengan Tuduhan Terorisme

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 07 Desember 2021 | 15:50 WIB
Pria Ini Ungkap Bagaimana Rasanya Ditangkap dengan Tuduhan Terorisme
Ilustrasi penjara kasus terorisme [Unsplash/Emiliano Bar]

"

Imran menekankan seandainya kakaknya tidak seputus asa itu, ia tidak akan mengirim uangnya. Sampai ketika kakaknya meninggal di Suriah, Imran tidak lagi mengirim uang ke luar negeri. Ia mengatakan tidak ada maksud apa pun untuk membantu mendanai jihad.

"Konflik Afganistan sudah ada sejak 2001. Konflik Irak sudah ada sejak 2003. Di mana-mana sudah ada konflik yang berkaitan dengan Muslim dan jihad serta perang dan lainnya selama berpuluh-puluh tahun," katanya.

"Mengapa harus menunggu sampai tahun 2014 untuk mulai mulai berkomitmen untuk mendukung jihad?"

Masalahnya, Imran tahu bahwa perbuatannya melanggar hukum dan tidak mengawasi bagaimana uang yang ditransfernya akan digunakan.

"Terlepas benar atau salah, sekarang saya mengerti kalau kakak saya terhitung sebagai pendukung ketika itu. Jadi, seharusnya saya tidak melakukan hal itu."

Masalah Imran terkait hukum ini semakin parah ketika ia menolong seorang pria lain menarik uang untuk membantu perjalanannya ke Suriah. Pria ini ditangkap basah oleh petugas Imigrasi di bandara. Paspornya langsung dinonaktifkan.

Pria ini juga semakin diradikalisasi dan mulai terhubung dengan penjara di Sydney yang ada hubungannya dengan ISIS. Ia ditemukan mengibarkan bendera ISIS dan menyimpan senjata, seperti busur dan anak panah, senapan, pisau, dan bensin 10 liter yang dapat digunakan untuk membuat bom Molotov.

Pria tersebut dituduh merencanakan serangan terorisme di Australia dan dipenjara 17 tahun.

Baca Juga: Kuasa Hukum Tak Terima Sidang Online, Pembacaan Dakwaan Kasus Terorisme Munarman Ditunda

Imran mengatakan tidak memiliki hubungan dengan rencana-rencana ini dan tidak membenarkannya. Ia mengatakan kelompok kakaknya di Suriah menentang ISIS.

Ia juga mengatakan tidak memiliki kebencian terhadap Australia dan warganya. Ia mengira pihak berwajib akan melihatnya sebagai seseorang yang terjebak dalam masalah keluarga, bukan politik.

"Apapun kepercayaan kami terhadap situasi di luar negeri, semuanya berdasarkan perasaan," kata Imran. "Semuanya adalah karena perasaan saya bagi mereka yang tertindas pemerintah di sana.

"Dan ya, saya sepenuh hati tentang hal ini, tapi bukan berarti saya berniat jahat ... saya percaya mereka tidak melihat saya sebagai ancaman."

Imran dijatuhi hukuman karena dianggap mendanai organisasi terorisme, pelanggaran yang dapat memenjarakannya selama 25 tahun.

Terisolasi dalam tahanan

Ketika di penjara, Imran tidak memiliki akses ke dunia luar. Ia mengatakan tidak boleh menerima telepon di dua minggu pertama meski sudah memintanya setiap hari, dan hanya mendengar perkembangan kasusnya dari tahanan lain.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI