"Mereka yang ada di level mikro dan ultra mikro itu tampak belum begitu terjamah terutama oleh dunia perbankan sehingga akibatnya kesenjangan sosial ekonomi di tengah masyarakat kita ,tampak semakin terjal," tutur Anwar.
Anwar kemudian mengungkapkan bahwa jumlah usaha besar hanya 0,01 persen dengan jumlah pelaku usaha 5.550 dengan total aset di atas Rp 10 miliar.
Lalu usaha menengah besarnya 0,09 persen dengan jumlah pelaku usaha 60.702 dengan total aset lebih dari Rp 50 juta. Adapun total usaha kecil jumlahnya 1,22 persen dengan jumlah pelaku 783.132 dan total aset di atas Rp 50 juta.
"Dari data ini ya kita ketahui, total dari mereka yang sudah terperhatikan oleh pemerintah dan dunia perbankan itu ada di sekitar 1,32 persen atau lebih kurang kalau dari jumlah pelaku 849.334 pelaku usaha," kata dia.
Selanjutnya, jumlah usaha mikro dan ultra mikro kata Anwar besarnya 98,68 persen dengan jumlah pelaku usaha yaitu sekitar 63,3 juta pelaku. Di mana total asetnya sama atau di bawah Rp 50 juta rupiah.
"Itu boleh dikatakan tidak atau belum terurus oleh kita secara bersama-sama dengan baik tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh kita," katanya.
Lebih lanjut, Anwar mengharapkan struktur dunia usaha bisa bertransformasi dari bentuk piramida menjadi bentuk belah ketupat. Di mana jumlah pelakunya, kecil di atas, besar di tengah, kecil di bawah.
"Menurut Prof Bj Habibie, di atas cukup 2 persen di bawah 3 persen dan di tengah itu 95 persen. Bila hal ini bisa terjadi dan bisa kita wujudkan maka tentu daya beli masyarakat kita bisa meningkat dengan tajam," kata dia.
"Sehingga apapun yang kita produksi di negeri ini kalau itu dibutuhkan dengan pasar, asal harganya kompetitif maka itu akan laku, sehingga hal demikian akan membuat ekonomi kita semakin menggeliat da nsemakin berkembang dengan dinamis," sambungnya.
Baca Juga: Dituduh Monopoli Label Halal, MUI Klaim Sudah Sesuai Hukum Fikih