Korban Mafia Tanah Mengadu ke Kapolri, Minta Kasusnya Diusut Tuntas

Jum'at, 17 Desember 2021 | 05:45 WIB
Korban Mafia Tanah Mengadu ke Kapolri, Minta Kasusnya Diusut Tuntas
Nge Je Ngay (70) didampingi kuasa hukumnya, Aldo, menyampaikan aduan soal kasus mafia tanah ke Badan Pengawas (Bawas) Mahkamah Agung (MA), Senin (13/12/2021). [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang kakek korban mafia tanah di Jakarta Barat, Nge Je Ngay (70) mengirim surat kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dalam suratnya dia meminta Listyo memberi perhatian terhadap kasus mafia tanah yang menerpanya.

Surat tersebut dikirim Ng Je Ngay ke Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Kamis (16/12/2021) hari ini.

"Kami tujukan kepada Kapolri, kedua Irwasum, Kabareskrim, Kadiv Propam, ini kami harap atensi khusus dari Pak Kapolri untuk memantau, kalau tidak Kapolri turun tangan mafia tanah akan merajalela," kata kuasa hukum Ng Je Ngay, Aldo Joe kepada wartawan, Kamis (16/12/2021).

Melalui surat tersebut, Nge Je Ngay turut mengadukan adanya dugaan intervensi oknum pejabat Mabes Polri di dalam kasus mafia tanah ini. Oknum tersebut diduga memberi perintah agar kasus mafia tanah yang ditangani oleh Polres Metro Jakarta Barat ini dihentikan.

"Apabila Polres Barat menemukan alat bukti yang cukup mestinya dibantu untuk dikoreksi apa yang kurang. Bukannya untuk dihentikan," ujar Aldo.

Surati Kapolda

Pada Senin (6/12) lalu, Nge Je Ngay juga meminta Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran mengusut tuntas kasusnya. Permintaan ini dia sampaikan lewat sepucuk surat.

Aldo ketika itu menyebut kliennya telah mengirim surat sebanyak lima kali. Namun, belum juga direspons.

"Kami mau kirimkan surat kembali kepada Kapolda. Surat kami sudah surat kelima ke Kapolda terkait persoalan mafia tanah," kata Aldo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (6/12).

Baca Juga: Kapolri Digugat dan Didesak Batalkan Pelantikan Novel Cs, Pusako: Koruptor Tidak Nyaman

Aldo menuturkan, kasus yang menjerat kakek berprofesi sebagai teknisi AC ini terjadi pada 2017. Awalnya, korban dilaporkan ke Polsek Taman Sari atas tuduhan penyerobotan rumah dan tanah di Jakarta Barat senilai Rp2 sampai Rp3 miliar yang dibelinya sejak tahun 1990.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI